Dewa Kucing Mesir Kuno

Nephthys dan/atau Horus

Nephthys adalah sosok yang digambarkan sebagai saudari sekaligus istri Dewa Set dan ibu Anubis. Meski begitu, Nephthys tercatat menolong saudarinya Isis mencari dan menyatukan tubuh Osiris. Selain itu, Nephthys juga kerap melindungi Horus dari mara bahaya.

Di zaman Kerajaan Baru (abad ke-16 sampai ke-11SM), Nephthys dipuja sebagai dewi pesta (terutama minuman keras) dan orang mati. Bukan hanya itu saja, Nephthys juga dikenal sebagai dewi yang menolong para perempuan saat bersalin dan memiliki peran sebagai penyembuh.

Sering dimasukkan ke dalam daftar Ennead, Horus adalah putra semata wayang Osiris dan Horus. Saat Osiris bangkit untuk sementara waktu, Isis menggunakan kesempatan ini untuk bertubuh dan mengandung Horus. Sebagai dewa kerajaan dan angin, dewa berkepala elang dan berbadan manusia ini dulu dipuja di daerah Nekhen, Mesir Hulu.

Membalas dendam atas kematian ayahnya, Horus kerap bersitegang dengan Set. Setelah beberapa kali membuktikan dirinya di hadapan Ennead, Horus dan Set bertarung sungguh-sungguh. Sementara Horus berhasil menghancurkan satu buah zakar Set, sang lawan berhasil mencuri salah satu mata Horus (wedjat).

Akhirnya, Horus berhasil mendapatkan matanya kembali dan menjadi pemenang serta raja atas Mesir Kuno. Untuk menuntaskan ritus Osiris, Horus memberikan matanya kepada Osiris sehingga ia tetap kekal sebagai raja alam baka. Oleh karena itu, mata Horus amat dipuja dan kerap terlihat di berbagai ukiran Mesir Kuno.

Itulah beberapa dewa dan dewi yang tergabung dalam jajaran Ennead, salah satu kelompok dewa dan dewi utama di Mesir Kuno. Dari dewa dan dewi ini, mana yang pernah kamu dengar kisahnya?

Baca Juga: Mengenal Tritunggal Thebes, Keluarga Dewa Populer Mesir Kuno

Peradaban Mesir Kuno merupakan salah satu peradaban yang terbesar dalam sejarah dunia. Kerajaan yang berada di sekitar sungai Nil ini dipimpin oleh seorang raja yang dikenal sebagai Firaun. Masyarakat Mesir Kuno dikenal sebagai masyarakat yang sangat religius di mana mereka selalu menyembah Dewa Dewi yang mereka percayai dalam menghadapi segala masalah.

Penasaran apa saja dewa dewi yang dipercayai oleh masyarakat Mesir Kuno? Yuk, simak artikel di bawah ini!

Amun atau Amon dikenal sebagai raja para dewa dalam mitologi Mesir kuno layaknya Zeus dalam mitologi Yunani. Dia disebut sebagai ayah dari Firaun dan juga pelindung dari Thebes. Amun juga dikenal sebagai Amun-Ra saat dirinya digabung dengan dewa matahari Ra. Amun tidak hanya disembah di Mesir saja, namun juga disembah d iluar Mesir.

Mut dalam bahasa Mesir artinya "Ibu". Mut digambarkan mempunyai dua mahkota yang mewakili Mesir hulu dan hilir. Sedangkan dalam hieroglif dirinya digambarkan sebagai burung Hering. Mut dianggap sebagai ibu dari para dewa.

Osiris disembah karena dirinya dianggap sebagai dewa kehidupan. Diceritakan Osiris adalah anak tertua dari dewa bumi Geb dan dewi langit Nut. Osiris bertanggung jawab atas kesuburan dari tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitar sungai Nil.

Diceritakan juga Osiris menikahi saudara perempuannya sendiri, Iris. Ia juga dibunuh oleh saudaranya sendiri, Seth. Osiris dihidupkan kembali oleh Iris agar dapat bisa mengandung anak yang nantinya menjadi dewa pembalas dendam bernama Horus. Setelah kematiannya, Osiris menjadi dewa dunia bawah tanah yang membantu kehidupan rakyat Firaun di akhirat.

Baca Juga: Dari Yunani-Hindu, Ini 10 Mitos tentang Sejarah Penciptaan Musik

Sebelum Osiris mengambil alih, Anubis sudah malang melintang berpatroli di dunia bawah. Anubis adalah keturunan dari Ra dan Nephthys. Ia bertugas untuk membuat mumi untuk orang mati lalu mengantarkan jiwa mereka ke akhirat.

Anubis sendiri digambarkan dengan tubuh manusia dan kepala serigala. Tubuhnya yang berwarna hitam melambangkan sebagai endapan sungai Nil yang berwarna gelap dan dapat memberikan kesuburan.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Kehadiran Ra sebagai dewa matahari sangat berpengaruh dalam sejarah Mesir. Ra juga dianggap sebagai dewa yang menciptakan dunia ini. Matahari yang terbit dan terbenam disebut sebagai pembaruan yang dilakukan oleh Ra yang membuat setiap hari pasti akan ada perubahan dalam diri masing-masing.

Horus mempunyai posisi yang sangat spesial dalam mitologi Mesir kuno. Anak dari Osiris dan Isis ini di samping ia harus membalaskan dendam pada yang membunuh ayahnya, ia juga harus memerintah Mesir. Mata Horus juga dipersonifikasi menjadi Dewi Wadjet dan dan melambangkan bahwa mata tersebut akan mengawasi semuanya dari atas.

Thoth dikenal sebagai dewa kebijaksanaan dan dipercaya sebagai pencipta ilmu sihir, tulis menulis dan utusan para dewa. Ia juga dipercaya menguasai alam semesta dengan perhitungannya. Thoth juga bertugas untung menanyai orang mati dan menimbang jantung mereka dengan bulu Maat.

Dewi Hathor digambarkan sebagai sosok ibu yang penuh cinta dan feminin. Ia juga disebut sebagai dewi musik dan tarian. Hathor bertugas untuk menyambut seseorang yang mati ke kehidupan berikutnya. Ia juga diyakini sebagai dewi pelindung untuk wanita yang sedang dalam masa kehamilan dan juga persalinan.

Sekhmet adalah dewi yang digambarkan sebagai seorang wanita dengan kepala singa betina. Ia juga dipercaya sebagai seorang yang memimpin dan melindungi Firaun semasa perang. Karakternya yang digambarkan sangat kuat diyakini bahwa ia dapat menghancurkan musuh-musuhnya dalam sekejap dan membuat Mesir berjaya pada masanya.

Geb adalah dewa bumi yang mewakili tumbuhan serta penyembuhan. Ia adalah anak dari dewa udara Shu dan dewi kelembapan Tefnut. Walaupun begitu, jika gempa bumi terjadi banyak orang yang meyakini bahwa itu adalah Geb yang sedang tertawa.

Diceritakan juga dalam cerita yang lain bahwa tugas Geb selain menjaga kesuburan di bumi ia juga bertugas untuk menimbang hati seorang yang telah mati di aula pengadilan nantinya.

Nah, itulah sedikit penjelasan tentang Dewa dan Dewi Mesir Kuno yang paling populer. Semoga menambah wawasanmu, ya!

Baca Juga: 5 Penemuan Mesir Kuno Terbaru yang Mencengangkan!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dewa dan dewi Mesir Kuno adalah bagian yang integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir selama lebih dari 3000 tahun. Lebih dari 2000 dewa-dewi yang ada dalam panteon Mesir, banyak yang nama-namanya sudah dikenal luas –Isis, Osiris, Horus, Amun, Ra, Hathor, Bastet, Thoth, Anubis dan Ptah di antara yang lain-lain – tapi lebih banyak lagi yang meski kurang dikenal yang juga tidak kalah penting.

Dewa-dewi yang lebih terkenal menjadi dewa-dewi pelindung negeri, sementara yang lainnya diasosiasikan dengan wilayah yang lebih spesifik atau, pada kasus tertentu, ritual atau perannya. Dewi Qebhet, contohnya, adalah dewi yang tidak terlalu dikenal yang menawarkan air sejuk bagi jiwa-jiwa orang-orang yang sudah mati sementara mereka menunggu penghakiman di dunia akhirat, dan Seshat adalah dewi kata-kata tertulis dan pengukuran, kalah tenar dari Thoth, dewa yang lebih populer untuk tulisan dan pelindung para juru tulis.

Kebudayaan Mesir Kuno tumbuh dari pemahaman mengenai dewa-dewi dan peran penting mereka dalam perjalanan abadi setiap umat manusia. Sejarawan Margaret Bunson menulis:

Banyaknya dewa-dewi Mesir merupakan titik fokus dari ritus pemujaan dan praktik keagamaan pribadi negara tersebut. Dewa-dewi ini juga memainkan peran dalam ritual pemakaman besar dan dalam kepercayaan Mesir akan kebahagiaan abadi setelah kematian. (98)

Dewa-dewi Mesir berevolusi dari sistem kepercayaan animisme yang berubah menjadi sistem kepercayaan yang antropomorfik dan dipenuhi dengan sihir. Heka adalah dewa ilmu sihir dan obat-obatan tapi juga merupakan kekuatan purba, mendahului semua dewa-dewi yang lain, yang memungkinkan penciptaan dan menopang kehidupan fana dan kekal. Kunci penting kebudayaan Mesir adalah ma’at – harmoni dan keseimbangan – yang diwakili oleh dewi dengan nama yang sama dan bulu burung unta putihnya; dan adalah Heka yang memperkuat Ma’at seperti yang dia lakukan untuk dewa-dewi lainnya.

Heka merupakan manifestasi dari heka (sihir) yang harus dipahami sebagai hukum-hukum alam yang, saat ini bisa dianggap supranatural, namun untuk orang-orang Mesir, merupakan bagaimana dunia terbentuk dan cara alam semesta bekerja. Para dewa-dewi memberikan berkah yang baik bagi manusia tapi heka-lah yang memungkinkan dewa-dewi ini melakukannya.

Semua dewa-dewi ini memiliki nama, kepribadian individu dan karakteristik, mengenakan pakaian yang berbeda-beda, menggenggam benda-benda suci yang berbeda, tinggal di daerah kekuasaan mereka sendiri dan bereaksi dengan cara-cara yang sangat individualistis terhadap berbagai peristiwa. Setiap dewa atau dewi memiliki keahlian masing-masing tapi seringkali mereka diasosiasikan dengan beberapa aspek dalam kehidupan manusia.

Hathor, contohnya, adalah dewi musik, tarian dan mabuk minuman tapi juga dikenal sebagai Dewi Ibu, yang juga diasosiasikan dengan Bima Sakti sebagai refleksi ilahi Sungai Nil dan, pada inkarnasi awalnya sebagai Sekhmet, sang penghancur. Dewi Neith awalnya adalah dewi perang yang menjadi lambang Dewi Ibu, sosok pengasuh, yang kepadanya dewa-dewi akan datang untuk menyelesaikan perselisihan mereka. Banyak dewa-dewi, seperti Set atau Serket,yang bertransformasi seiring berjalannya waktu untuk mengambil peran dan tanggung jawab lain.

Transformasi-transformasi ini kadang-kadang dramatis, seperti pada kasus Set yang awalnya merupakan dewa pahlawan pelindung menjadi sosok penjahat dan pembunuh pertama di dunia. Serket hampir pasti merupakan Dewi Ibu yang awal kemudian perannya yang belakangan sebagai pelindung dari makhluk-makhluk berbisa (terutama kalajengking) dan penjaga wanita dan anak-anak merefleksikan sifat-sifat tersebut. Bunson menulis:

Bangsa Mesir tidak mempersoalkan banyaknya dewa-dewi yang ada dan mereka jarang menukar dewa-dewi yang lama dengan yang baru. Sifat-sifat dan peran para dewa-dewi disinkronkan untuk merekonsiliasi kepercayaan religius yang berbeda-beda, adat kebiasaan atau idealisme. Untuk alasan-alasan politis dan religius, misalnya, dewa Thebes, Amun, yang dianggap dewa paling kuat di Kerajaan Baru, bersatu dengan Ra, dewa matahari, yang pemujaannya sudah ada sejak awal permulaan Mesir. Pemujaan dewa-dewi Mesir berevolusi bersama dengan berjalannya waktu seiiring dengan berkembangnya kultus-kultus besar pada skala lokal dan nasional. (99)

Daftar dewa dan dewi Mesir kuno berikut ini berasal dari berbagai karya mengenai subjek yang tercantum di bawah dalam daftar pustaka. Setiap usaha sudah dilakukan membuat daftar yang komprehensif, akan tetapi dewa-dewi regional yang minor tidak dimasukkan jika peran mereka tidak pasti atau jika mereka bertransformasi menjadi dewa-dewi besar. Namun jika ada dewa yang berevolusi dari dewa kecil menjadi dewa besar, hal ini dicatat.

Dicantumkan pula konsep, seperti Padang Alang-Alang atau Danau Bunga Bakung, yang merupakan wilayah-wilayah di dunia akhirat yang diasosiasikan dengan dewa dan dewi. Definisi karakteristik dewa-dewi dan peran yang mereka mainkan disintesiskan untuk memperjelas, namun perlu dicatat bahwa tidak setiap dewa atau dewi yang tertulis dalam daftar dipahami dengan cara yang sama dalam sejarah Mesir yang panjang.

Osiris, misalnya, kemungkinan besar adalah dewa kesuburan pada Periode Pradinasti Mesir (sekitar 6000-3150 SM) tapi dipahami sebagai Raja Pertama oleh Periode Dinasti Awal (sekitar 3150-2613 SM) dan merupakan dewa paling populer di Mesir pada masa Kerajaan Baru (1570-1069 SM) di saat yang sama Amun dianggap sebagai Raja Dewa. Meski perkembangan-perkembangan semacam ini tercantum dalam daftar di bawah, para dewa-dewi umumnya dideskripsikan menurut perannya yang paling dikenal pada puncak ketenaran mereka.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U W Y Z

A’Ah – Dewa bulan yang awal yang berevolusi menjadi Iah (juga dikenal sebagai Yah) dan akhirnya Chonsu.

Aken – Penjaga perahu yang mengantarkan jiwa-jiwa menyeberangi Danau Bunga Bakung menuju Padang Alang-Alang di dunia akhirat. Dia tidur sampai dia dibutuhkan oleh Hraf-Hef, Tukang Perahu Dunia akhirat. Namanya hanya muncul di Kitab Kematian.

Aker – Cakrawala yang didewakan, penjaga ufuk timur dan barat di dunia akhirat. Dia melindungi perahu matahari Ra saat memasuki dan meninggalkan dunia akhirat di waktu senja dan fajar.

Am-Heh – Dewa di dunia akhirat, “pemangsa jutaan” dan “pemakan keabadian” yang tinggal di danau api.

Amenet (Amentet) – Seorang dewi yang menyambut orang-orang mati di dunia akhirat dengan makanan dan minuman. Dikenal sebagai “Dia yang Berasal dari Barat”, Amenet adalah pasangan Tukang Perahu Dunia akhirat. Dia tinggal di dalam pohon di dekat gerbang dunia akhirat. Anak perempuan Hathor dan Horus.

Ammit (Ammut) – “Pemangsa Jiwa-Jiwa”. Dewi dengan kepala buaya, badan macan tutul dan tubuh bagian belakangnya kuda nil. Dia duduk di bawah timbangan keadilan di Aula Kebenaran di dunia akhirat dan memangsa jantung dari jiwa-jiwa yang tidak lolos dari penghakiman Osiris.

Amun (Amun-Ra) – Dewa matahari dan udara. Salah satu dari dewa yang paling kuat dan populer di Mesir kuno, pelindung kota Thebes, di mana dia disembah sebagai bagian Triad Thebes yang terdiri dari Amun, Mut dan Khonsu. Raja tertinggi para dewa-dewi untuk beberapa periode, meski awalnya merupakan dewa kesuburan kecil. Pada waktu Kerajaan Baru terbentuk dia dianggap dewa yang paling kuat di Mesir dan pemujaannya hampir menjadi monoteisme dewa-dewi lain bahkan dianggap hanya sebagai aspek dari Amun pada masa ini. Kependetaannya adalah yang paling berpengaruh di Mesir dan posisi Istri Dewa Amun, diberikan kepada wanita-wanita kerajaan, hampir sama kedudukannya dengan firaun.

Amun, Mut dan KhonsuOsama Shukir Muhammed Amin (Copyright)

Osama Shukir Muhammed Amin (Copyright)

Amunhotep (Amenhotep), Putra Hapu – Dewa penyembuhan dan kebijaksanaan. Bersama dengan Hardedef dan Imhotep, adalah salah satu dari sedikit manusia yang didewakan oleh bangsa Mesir. Dia adalah arsitek kerajaan Amunhotep III (1386-1353 SM). Dia dianggap sangat bijaksana sampai-sampai di saat kematiannya dia dijadikan dewa. Dia memiliki kuil penting di Thebes barat dan pusat penyembuhan di Deir-el-Bahri.

Amunet – Versi perempuan Amun, anggota Ogdoad.

Anat – Dewi kesuburan, seksualitas, cinta dan perang. Dia berasal dari Suriah atau Kanaan. Dalam beberapa teks dia disebut sebagai Ibu Para Dewa, sementara di teks lainnya dia adalah perawan dan di teks lainnya lagi dia dianggap sensual dan erotis; dideskripsikan sebagai dewi tercantik. Di salah satu versi Persaingan Horus dan Set, dia diberikan sebagai istri untuk Set atas saran dari Dewi Neith. Seringkali disamakan dengan Aphrodite dari Yunani, Astarte dari Fenisia, Inanna dari Mesopotamia dan Sauska dari Hittite.

Anta – Sebuah aspek dari Dewi Ibu Mut yang dipuja di Tanis sebagai istri Amun.

Andjety – Dewa kesuburan awal yang diasosiasikan dengan kkota Busiris (Andjet). Namanya berarti “Dia yang berasal dari Andjety” diasosiasikan dengan simbol djed. Pada akhirnya dia diserap oleh Osiris dan namanya diasosiasikan dengan Osiris.

Anhur (Han-her) – Juga dikenal sebagai Onuris oleh bangsa Yunani. Dewa perang dan pelindung tentara Mesir. Lihat Onuris.

Anqet (Anukit atau Anuket) – Dewi kesuburan dan air terjun besar Sungai Nil di Aswan.

Anti – Dewa elang dari Mesir Hulu, terkadang diasosiasikan dengan Anat.

Anubis – Dewa kematian yang diasosiasikan dengan pembalseman. Putra dari Nephthys dan Osiris, ayah dari Qebhet. Anubis digambarkan sebagai pria dengan kepala anjing atau jakal yang membawa tongkat. Dia membimbing jiwa-jiwa orang mati menuju Aula Kebenaran dan ikut serta dalam ritual Menimbang Jantung Jiwa di dunia akhirat. Kemungkinannya dia adalah Dewa Kematian yang asli sebelum peran ini diberikan pada Osiris, dan pada saat itu dia diangkat menjadi putra Osiris.

Anuke – Awalnya adalah dewi perang dan salah satu dewi tertua Mesir, terkadang disebut sebagai pasangan dewa perang Anhur. Dia kemudian diasosiasikan dengan Nephthys dan, pada tingkat yang lebih rendah, dengan Isis, serta disebut sebagai adik perempuan mereka dalam beberapa teks. Pada awalnya Anuke digambarkan mengenakan pakaian untuk bertempur dengan busur dan panah tapi dia bertransformasi menjadi Dewi Ibu dan sosok yang memelihara. Bangsa Yunani mengasosiasikannya dengan Hestia.

Apedemak – Dewa perang yang digambarkan sebagai seekor singa, awalnya dianggap berasal dari Nubia.

Apep (Apophis) – Apep, ular langit yang menyerang perahu matahari Ra setiap malam dalam perjalanannya dari dunia akhirat menuju fajar. Para dewa-dewi dan jiwa-jiwa yang sudah dihakimi akan membantu Ra mengusir ular tersebut. Ritual yang dikenal sebagai Penggulingan Apophis dilakukan di kuil-kuil untuk membantu para dewa dan dewi serta jiwa-jiwa yang sudah meninggal melindungi perahu Ra dan memastikan datangnya hari baru.

Apis – Banteng Suci yang disembah di Memphis sebagai inkarnasi Dewa Ptah. Salah dari dewa-dewi paling awal Mesir kuno yang tergambar di Pelat Narmer (3150 SM). Kultus Apis adalah salah satu yang paling penting dan paling awet dalam sejarah kebudayaan Mesir.

Arensnuphis – Rekan pendamping Dewi Isis dan terutama disembah di situs keramat Isis di Philae. Arensnuphis digambarkan sebagai seekor singa atau pria dengan hiasan kepala berbulu. Berasal dari Nubia.

Asclepius (Aesculapius) – Dewa penyembuhan dari Yunani yang juga dipuja di Mesir di Saqqara dan diidentifikasi dengan Imhotep yang didewakan. Simbolnya, kemungkinan berasal dari dewa Heka, adalah tongkat yang dililit seekor ular; diasosiasikan dengan penyembuhan di dunia modern dan dalam profesi medis, dikenal sebagai Tongkat Asclepius.

Ash (As) – Dewa gurun pasir Libya. Dewa yang murah hati yang menyediakan oasis untuk para pengelana.

Astarte – Dewi kesuburan dan seksualitas dari Fenisia, sering disamakan dengan Aphrodite dari Yunani, Inanna/Ishtar dari Mesopotamia dan Sauska dari Hittite; disebut sebagai Ratu Kahyangan. Dalam mitologi Mesir, Astarte diberikan sebagai istri untuk Set, bersama dengan Anat, oleh Dewi Neith.

Aten – Cakram matahari. Awalnya adalah dewa matahari yang diangkat oleh firaun Akhenaten (1353-1336 SM) ke posisi dewa tunggal, pencipta alam semesta.

Atum (Ra) – Dewa matahari, penguasa tertinggi para dewa-dewi, dewa pertama Ennead (dewan sembilan dewa), pencipta alam semesta dan manusia. Atum (Ra) adalah makhluk suci pertama yang berdiri di atas bukit purba di tengah-tengah kekacauan dan menarik kekuatan sihir dari Heka untuk menciptakan dewa-dewi yang lain, manusia dan kehidupan di Bumi.

Auf (Efu-Ra) – Aspek dari Atum (Ra).

Ba’al – Dewa badai yang berasal dari Fenisia. Namanya berarti “Tuan” dan merupaja dewa utama di Kanaan. Baru disembah di Mesir di akhir periode Kerajaan Baru (1570-1069 SM).

Ba’alat Gebal – Dewi kota Byblos dari Fenisia. Dewi pelindung Byblos yang dimasukkan ke dalam pemujaan Mesir lewat asosiasinya dengan papirus yang berasal dari Byblos.

Babi (Baba) – Dewa kejantanan yang digambarkan sebagai seekor kera babon yang menjadi simbol seksualitas pria.

Banebdjedet – Dewa kesuburan/kejantanan yang berwujud biri-biri jantan atau pria dengan kepala biri-biri jantan. Diasosiasikan dengan kota Mendes, pada akhirnya menjadi nama lain untuk Osiris.

Banteng Kahyangan – Makhluk dewa yang bernaung di surga dan dunia akhirat sebagai pelindung; dikenal juga sebagai ‘Banteng dari Barat’ karena kaitannya dengan dunia akhirat. Umumnya dianggap sebagai suami dari tujuh sapi betina yang terlihat bersamanya.

Ba-Pef – Dewa teror, terutama teror spiritual. Namanya diterjemahkan sebagai ‘jiwa itu’. Ba-Pef tinggal di Rumah Kemalangan di dunia akhirat dan dikenal menindas raja Mesir. Ba-Pef tidak pernah dibuatkan kuil untuk disembah, namun Pemujaan Ba-Pef ada untuk menyenangkan sang dewa dan untuk melindungi raja.

Bastet (Bast) – Dewi kucing yang cantik jelita, dewi rahasia-rahasia perempuan, persalinan, kesuburan dan pelindung perapian dan rumah dari kejahatan atau kesialan. Bastet adalah putri Ra dan sangat diasosiasikan dengan Hathor. Bastet adalah salah satu dewi yang paling populer di Mesir kuno. Pria dan wanita sama-sama menghormatinya dan membawa jimat pemujaannya. Bastet begitu dipuja secara universal sampai-sampai di tahun 525 SM, bangsa Persia memanfaatkan ketaatan bangsa Mesir terhadap Bastet untuk memenangkan Pertempuran Pelusium. Mereka menggambari perisai-perisai mereka dengan gambar Bastet dan menempatkan hewan-hewan di barisan terdepan karena tahu bangsa Mesir akan lebih memilih menyerah daripada menyinggung dewi mereka. Bastet digambarkan sebagai seekor kucing atau seorang wanita dengan kepala kucing dan pusat pemujaan utamanya berada di Bubastis.

BastetTrustees of the British Museum (Copyright)

Trustees of the British Museum (Copyright)

Bat – Dewi sapi awal yang diasosiasikan dengan kesuburan dan kesuksesan. Bat adalah salah satu dewi Mesir yang tertua sejak awal Periode Pradinasti (6000-3150 SM). Bat digambarkan sebagai seekor sapi atau wanita dengan telinga sapi dan tanduk dan kemungkinan besar merupakan gambar di bagian atas Pelat Narmer (3150 SM) karena berasosiasi dengan dengan kesuksesan raja. Dewi Bat memberkati orang-orang dengan kesuksesan karena kemampuannya melihat masa lalau dan masa depan. Pada akhirnya Bat diserap oleh Hathor yang mengambil karakteristiknya.

Bennu – Dewi burung yang lebih dikenal sebagai Burung Bennu, burung suci pencipta dan inspirasi untuk burung Phoenix Yunani. Burung Bennu sangat diasosiasikan dengan Atum, Ra dan Osiris. Hadir pada saat awal penciptaan sebagai aspek dari Atum (Ra) yang terbang di atas perairan purba dan membangkitkan ciptaan dengan pekikannya. Setelahnya, Burung Bennu menentukan apa yang akan dan tidak akan diikutsertakan dalam penciptaan. Burung Bennu dihubungkan dengan Osiris lewat gambaran kelahiran kembali sebagai burung yang terhubung erat dengan matahari yang mati setiap malam dan bangkit kembali esok paginya.

Bes (Aha atau Bisu) – Dewa persalinan, kesuburan, seksualitas, humor dan perang; populer dikenal sebagai dewa Kurcaci. Bes adalah salah satu dewa paling terkenal di sejarah Mesir yang melindungi wanita dan anak-anak, menghalau kejahatan dan beperang demi ketertiban dan keadilan suci. Bes sering digambarkan lebih sebagai roh (‘jin’, meski bukan dalam arti pemahaman modern) daripada dewa tapi disembah sebagai dewa dan muncul dalam berbagai benda sehari-hari di dalam rumah-rumah masyarakat Mesir, seperti perabotan, cermin dan gagang pisau. Pasangannya adalah Taweret, dewi kuda nil untuk persalinan dan kesuburan. Bes digambarkan sebagai kurcaci berjanggut dengan telinga lebar, alat kelamin yang besar, kaki bengkok dan menggoyang-goyangkan mainan. Bes selalu ditampilkan dalam posisi melindungi menghadap ke depan.

Beset – Aspek perempuan dari Bes yang dipanggil dalam upacara sihir. Sebagai dewa pelindung, Bes juga menghalau sihir gelap, hantu, roh-roh dan iblis. Aspek femininnya dipanggil untuk melawan kekuatan-kekuatan tersebut.

Buchis – Aspek dari Ka (sumber kehidupan/astral diri) dari dewa Montu dalam bentuk seekor banteng hidup. Digambarkan sebagai banteng yang sedang berlari.

Danau Bunga-Bunga (Danau Bunga Bakung) – Perairan di dunia akhirat yang diseberangi oleh jiwa-jiwa yang sudah dihakimi untuk mencapai Padang Alang-Alang. Dalam Kitab Kematian, jiwa-jiwa yang sudah dihakimi dikatakan bisa berenang dan bersenang-senang di pinggiran danau ini.

Dedun – Dewa pelindung sumber daya, terutama barang-barang yang datang dari Nubia. Merupakan dewa yang berasal dari Nubia.

Denwen – Dewa ular dalam wujud seekor naga yang dikelilingi api. Dia memiliki kuasa atas api dan cukup kuat untuk menghancurkan dewa-dewi. Dalam Teks-Teks Piramida, Denwen mencoba untuk membunuh semua dewa-dewi dengan napas apinya namun dikalahkan oleh roh raja yang sudah mati yang menyelamatkan ciptaan.

Dewa-Dewi Bintang – Dewa dan dewi yang diidentikkan dengan langit malam. Pada masa Kerajaan Tengah (2040-1782 SM) bangsa Mesir mengidentifikasi lima planet yang mereka sebut sebagai ‘ Bintang-Bintang yang Tidak Pernah Beristirahat’ dan mengasosiasikannya dengan dewa dan dewi: bangsa Mesir menyebut planet Merkurius sebagai ‘Sebegu’ (salah satu wujud Dewa Set); Venus (‘Dia yang Menyeberang’ dan ‘Dewa Pagi Hari’); Mars (‘Horus dari Cakrawala’ dan ‘Horus Si Merah’); Jupiter (‘Horus yang Membatasi Dua Negeri’); Saturnus (‘Horus Banteng Kahyangan’). Lebih jauh lagi, bintang Sirius diasosiasikan dengan Sothis kemudian dengan Isis, sementara Orion melambangkan Dewa Sah, ‘Ayah Para Dewa’. Kemunculan Sirius menandakan meluapnya Sungai Nil, janji akan kesuburan dan melambangkan siklus keberadaan sehingga dihubungkan dengan Osiris, dewa kematian dan kebangkitan, dan Isis, dewi yang membangkitkannya. Bintang-bintang ini kemudian disebut ‘Pengikut Osiris’ yang berlayar mengarungi langit malam sesuai dengan pola ilahi. San dan Sothis di surga merefleksikan pasangan Osiris dan Isis, serta dewa Sopdu (putra Sothis), wujud astral Horus. Oleh sebab itu langit malam menceritakan kisah-kisah yang paling bermakna dalam kebudayaan Mesir dan meyakinkan bangsa Mesir akan ketidakterbatasan keberadaan dewa-dewi saat mereka melihat bintang-bintang.

Dewa-Dewi Gua – Sekelompok dewa-dewi tak bernama yang hidup di gua-gua di dunia akhirat yang menghukum dan menolong jiwa-jiwa yang sudah melewati penghakiman dan dibenarkan. Mereka disebutkan dalam Mantra 168 dalam Kitab Kematian Mesir dan digambarkan sebagai ular atau seperti ular. Mantra ini terkenal sebagai ‘Mantra dari Dua Belas Gua’ dan disebutkan adanya persembahan yang harus ditinggalkan untuk dewa-dewi ini. Bangsa Mesir meninggalkan mangkuk-mangkuk persembahan di gua-gua untuk para dewa-dewi ini.

Dewa-Dewi Penghakiman – Lihat Empat Puluh Dua Hakim

Dewi-Dewi Pohon – Sejumlah dewi-dewi Mesir diasosiasikan denga pohon, yang paling terkenal adalah Isis, Hathor dan Nut. Dewa-dewa kadang-kadang dikaitkan dengan pohon tertentu tapi hanya dalam mitos-mitos khusus atau lambang. Hathor terkenal diasosiasikan dengan pohon sycamore dan dikenal sebagai ‘Wanita Sycamore’, namun Isis juga dikaitkan dengan pohon ini. Praktik mengubur jasad di dalam peti kayu dipercaya sebagai kembalinya mereka yang sudah meninggal ke dalam rahim Dewi Ibu.

Duamutef – Salah satu dari Empat Putra Horus, dewa pelindung toples tempat menyimpan organ perut (yang dikeluarkan dari tubuh saat proses mumifikasi). Dia menguasai wilayah timur, berwujud seekor jakal dan diawasi oleh Dewi Neith.

Ennead – Sembilan dewa yang dipuja di Heliopolis yang membentuk pengadilan dalam Mitos Osiris: Atum, Shu, Tefnut, Geb, Nut, Osiris, Isis, Nephthys dan Set. Kesembilan dewa-dewi ini memutuskan apakah Set atau Horus yang harus memerintah dalam kisah Persaingan Horus dan Set. Mereka dikenal sebagai Ennead Agung. Ada juga Ennead Kecil yang dihormati di Heliopolis dewa kecil.

Empat Puluh Dua Hakim – Empat puluh dua dewa yang berkuasa bersama dengan Osiris, Thoth dan Anubis yang menghakimi jiwa-jiwa di dunia akhirat. Begitu jiwa membuat Pengakuan Negatif (Deklarasi Tidak Bersalah) Empat Puluh Dua Hakim memberi saran pada Osiris untuk menerima atau menolak pengakuan tersebut. Mereka memiliki nama-nama seperti Pelangkah Jauh, Pemeluk Api, Peruntuh, Pengganggu, Pemilik Wajah-Wajah dan Ular yang Membawa dan Memberi, di antara yang lain-lain.

Empat Putra Horus (Four Sons of Horus) – Empat dewa: Duamutef, Hapy, Imset dan Qebehsenuef, yang mengawasi organ dalam atau orang-orang mati di dalam empat toples berkanopi yang diletakan di dalam kuburan. Masing-masing memiliki titik utama yang harus dijaga, organ dalam yang harus dilindungi dan memiliki satu dewi yang mengawasi.

Toples berkanopi dari NeskhonThe Trustees of the British Museum (Copyright)

Toples berkanopi dari Neskhon

The Trustees of the British Museum (Copyright)

Empat Serangkai – Representasi dari keutuhan yang terkadang berkorespondensi dengan empat titik mata angin dan diwakili oleh Empat Putra Horus. Keseimbangan adalah konsep yang penting bagi bangsa Mesir kuno dan angka-angka dua, empat dan delapan merupakan representasi dewa yang signifikan (seperti halnya tiga, enam dan Sembilan). Setiap dewa memiliki lawan wanitanya atau aspek femininnya, keempat dewi: Isis, Neith, Nephthys dan Serket mengawasi Empat Putra Horus; dan Ogdoad adalah kelompok delapan yang memiliki substansi penciptaan.

Fetket – Kepala pelayan dewa matahari Ra yang menyajikan minuman. Dewa pelindung bartender.

Geb – Dewa bumi dan benda-benda yang tumbuh. Geb adalah putra dari Shu dan Tefnut, suami dari Nut, sang langit.

Gengen Wer – Angsa langit yang namanya berarti ‘Genta Agung’. Dia sudah ada saat awal penciptaan dan menjaga (atau menelurkan) telur langit yang mengandung sumber kehidupan. Gengen Wer adalah dewa pelindung yang dipuja sejak awal sejarah Mesir. Para pengikut Gengen Wer mengidentifikasi diri mereka dengan mengenakan atribut pelindung dan jimat-jimat yang mengingatkan mereka untuk menghargai hidup dan menghormati bumi.

Ha – Dewa pelindung, Penguasa Padang Pasir Barat, juga dikenal sebagai Penguasa Bangsa Libya. Dia adalah dewa dari padang pasir di sebelah barat Mesir, putra dari Dewa Iaaw yang kemungkinan juga adalah dewa padang pasir. Ha memberikan perlindungan dari bangsa Libya dan membuka oasis-oasis untuk para pelancong di padang pasir. Digambarkan sebagai lelaki muda yang kuat dengan tanda gurun pasir di atas kepalanya.

Hapi – Dewa kesuburan. Dewa lumpur Sungai Nil dan diasosiasikan dengan banjir yang menyebabkan Sungai Nil meluap dan memberikan tanah yang subur yang diandalkan para petani untuk tanamann mereka.

Hapy – Juga dikenal sebagai Hapi, dewa pelindung, salah satu dari Empat Putra Horus yang menjaga toples yang berisi paru-paru. Hapy menguasai sebelah utara, berwujud seekor kera babon dan diawasi oleh Nephthys.

Hardedef – Putra dari Raja Khufu (juga dikenal sebagai Cheops, 2589-2566 SM) yang menulis buku yang dikenal sebagai Petunjuk-Petunjuk dalam Kebijaksanaan. Karya ini begitu cemerlang higga dianggap sebagai hasil karya dewa dan Hardedef pun didewakan setelah kematiannya.

Haroeris – Nama Yunani untuk aspek langit dari Horus Tua (juga dikenal sebagai Horus Agung) yang muncul di bumi sebagai burung elang.

Harpocrates – Nama Yunani dan Romawi untuk Horus sang Anak, putra Osiris dan Isis. Digambarkan sebagai anak laki-laki bersayap dengan jari ditempelkan ke bibir. Harpocrates dihormati di Yunani sebagai dewa misteri, kesunyian dan kerahasiaan.

Hathor – Salah satu dewi yang paling terkenal dan paling penting dalam Mesir kuno. Dia adalah putri dari Ra dan, dalam beberapa cerita, adalah istri Horus Agung. Dewi yang sangat purba, Hathor dikirim oleh Ra untuk menghukum umat manusia karena dosa-dosa mereka. Dewa-dewi lainnya memohon kepada Ra untuk menghentikan penghancuran ini sebelum tidak ada lagi manusia yang tersisa untuk merasakan efek jera dari hukuman ini. Ra kemudian menyiapkan sebuah tong berisi bir yang diwarnai merah, supaya menyerupai darah, dan meletakkannya di Dendera, kemudian, Hathor, yang sedang haus darah, meminumnya. Dia pun tertidur dan terbangun sebagai dewi welas asih yang menjadi teman bagi semuanya. Hathor adalah dewi pelindung keceriaan, inspirasi, selebrasi, cinta, wanita, kesehatan wanita, persalinan dan mabuk minuman. Salah satu namanya adalah ‘Si Wanita Mabuk’. Hathor diperkirakan tinggal di dalam pohon-pohon sycamore , maka dia juga dikenal sebagai ‘Wanita Pohon Sycamore’. Di dunia akhirat Dewi Hathor membantu membimbing jiwa-jiwa menuju surga dan merupakan salah satu dewa yang menaiki perahu matahari Ra dan menjaganya dari Apep. Lebih jauh lagi, Hathor dihubungkan dengan rasa syukur dan hati yang berterimakasih. Bangsa Yunani mengasosiasikannya dengan Aphrodite. Hathor digambarkan sebagai seekor sapi atau wanita dengan kepala sapi dan evolusi dari Dewi Bat. Sebagian besar karakteristiknya kemudian diserap oleh Isis.

Hathor-Nebet-Hetepet – Aspek Dewi Ibu dari Hathor yang dipuja di Helipolis. Dia mewakili tangan, bagian tubuh yang aktif, dari dewa tertinggi Atum (Ra).

Hatmehit (Hatmehyt) – Hatmehit adalah dewi ikan yang dipuja di wilayah Delta di Mendes. Namanya berarti ‘Ikan yang Utama’. Ia muncul dari simbol totemik nome (provinsi) wilayah sekitar Mendes, yaitu ikan.

Haurun – Dewa pelindung yang diasosiasikan dengan Sphinx Agung Giza. Awalnya Haurun adalah dewa dari Kanaan yang diasosiasikan dengan kehancuran yang menanam pohon kematian. Ketika Haurun dibawa ke Mesir oleh bangsa Kanaan dan para pekerja serta pedagang dari Suriah, Haurun bertransformasi menjadi dewa kesembuhan. Asosiasinya dengan Sphinx Giza berasal dari pekerja-pekerja asing ini yang percaya bahwa Sphinx mewakili Haurun dan membangun kuil untuk dewa mereka di depan patung Sphinx. Haurun dikenal sebagai ‘Penggembala yang Menang’ karena mantra populer yang diucapkan atas namanya untuk perlindungan sebelum pergi berburu.

Hedetet – Dewi kalajengking dan pelindung dari bisa kalajengking. Versi awal dari Serket.

Heh dan Hauhet – Dewa dan dewi ketakterbatasan dan keabadian. Heh digambarkan sebagai seekor katak dan Hauhet sebagai seekor ular. Nama mereka berarti ‘tak terhingga’ dan mereka termasuk dewa-dewi awal dari Ogdoad.

Heqet (Heket) – Dewi kesuburan dan persalinan, digambarkan sebagai seekor katak atau seorang wanita dengan kepala katak.

Heret-Kau – Dewi pelindung yang namanya berarti ‘Dia yang di Atas Roh’. Dia disembah selama periode Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM) sebagai roh pemberi kehidupan yang juga melindungi jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal di dunia akhirat. Sifat mengasuhnya kemudian diserap oleh Isis.

Heka – Salah dari yang paling tua dan paling penting di antara para dewa dan dewi Mesir. Heka adalah dewa pelindung sihir dan obat-obatan namun juga merupakan sumber kekuatan purba di alam semesta. Heka sudah ada sebelum dewa-dewi yang lain dan hadir saat penciptaan; meskipun, di mitos yang belakangan, Heka dipandang sebagai putra Menhet dan Khnum dan merupakan bagian dari tiga serangkai dari Latopolis. Dewa Heka digambarkan sebagai seorang laki-laki yang membawa tongkat dan pisau. Pendeta-pendeta Heka adalah para tabib. Sihir merupakan bagian integral dari praktik medis di Mesir kuno, oleh karenanya Heka menjadi dewa yang penting bagi para dokter. Konon, Heka membunuh dua ekor ular dan melilitkan ular-ular itu pada sebatang tongkat sebagai simbol kekuatannya; penggambaran ini (yang sebenarnya dipinjam dari bangsa Sumeria) diwariskan kepada bangsa Yunani yang menghubungkannya dengan dewa mereka, Hermes, dan menamakannya caduceus. Di zaman modern, caduceus seringkali keliru dikenali sebagai Tongkat Asclepius dalam ikonografi yang berhubungan profesi kedokteran.

Heryshaf – Dewa kesuburan yang digambarkan sebagai seorang pria berkepala kambing jantan. Dia adalah dewa purba yang sudah ada sejak Periode Dinasti Awal (sekitar 3150-2613 SM). Dia kemudian disasosiasikan dengan Atum (Ra) dan Osiris yang menyerap sifat-sifatnya.

Heset – Dewi makanan dan minuman yang diasosiasikan dengan bir dan kesenangan. Heset adalah dewi awal Mesir yang digambarkan sebagai seekor sapi dengan sebuah nampan berisi makanan di tanduk-tanduknya dan susu yang mengalir dari putingnya. Bir dianggap sebagai ‘susu Heset’. Heset kemudian diserap oleh Hathor. Heset adalah bagian dari Tiga Serangkai dari Heliopolis bersama dengan Mnevis dan Anubis.

Hetepes-Sekhus – Personifikasi dari Mata Ra yang muncul sebagai dewi ular kobra di dunia akhirat dan menghancurkan musuh-musuh Osiris. Dia digambarkan bersama-sama dengan buaya.

Horus – Dewa burung yang awal yang menjadi salah satu dewa utama Mesir kuno. Diasosiasikan dengan matahari, langit dan kekuatan, Horus dikaitkan dengan raja Mesir sejak Dinasti Pertama (sekitar 3150-2890 SM). Meski nama ‘Horus’ bisa merujuk pada sejumlah dewa-dewi burung, seringkali hanya dimaksudkan pada dua dewa: Horus Agung, salah satu dari lima dewa pertama yang lahir pada awal penciptaan; dan Horus Muda yang merupakan putra Osiris dan Isis. Seiring dengan naiknya popularitas mitos Osiris, Horus Muda menjadi salah satu dewa penting di Mesir. Alkisah, setelah Osiris dibunuh saudara laki-lakinya sendiri, Set, Horus dibesarkan oleh ibunya di rawa-rawa Delta. Kemudian saat dia sudah cukup umur, dia bertarung dengan pamannya untuk kerajaannya dan menang – mengembalikan tatanan pada negeri. Raja-raja Mesir, dengan beberapa pengecualian, semuanya mengaitkan diri mereka dengan Horus saat masih hidup dan dengan Osiris saat sudah meninggal. Raja Mesir dianggap sebagai inkarnasi hidup Horus dan melaluinya sang dewa memberikan semua hal baik kepada bangsanya. Biasanya Horus digambarkan sebagai pria dengan kepala elang tapi diwakili oleh banyak gambaran berbeda. Simbolnya adalah Mata Horus dan burung elang.

Hraf-haf – “Dia yang Menoleh ke Belakang”, sang tukang perahu yang selalu murung yang mengantarkan jiwa-jiwa orang mati menyeberangi Danau Bunga Bakung ke daratan surga di Padang Alang-Alang. Hraf-haf sifatnya kasar dan tidak menyenangkan, maka dari itu jiwa-jiwa harus mencari cara untuk menjawab dengan sopan untuk bisa mencapai surga. Hraf-haf digambarkan sebagai laki-laki di dalam perahu dengan kepala menghadap ke belakang.

Hu – Dewa kata yang diucapkan, personifikasi kata pertama yang diucapkan oleh Atum (Ra) pada awal penciptaan yang melahirkan semuanya. Dikaitkan dengan Sia dan Heka. Sia mewakili jantung, Hu sebagai lidah dan Heka sebagai pemberi kekuatan mereka. Hu sering menjadi representasi dari kekuatan Heka atau Atum dan digambarkan membimbing jiwa-jiwa orang mati di dunia akhirat dalam teks-teks pemakaman.

Iah (Yah) – Dewa bulan yang berperan penting dalam kalender Mesir. Dalam cerita penciptaan dunia, Atum marah karena hubungan antara Geb (bumi) dan Nut (langit) yang intim sehingga Atum memisahkan mereka dan menyatakan bahwa Nut tidak akan melahirkan anak-anaknya di hari manapun dalam tahun itu. Dewa Thoth muncul dan bertaruh dengan Iah untuk lima hari cahaya bulan. Thoth menang dan membagi jam-jam terang bulan menjadi hari, yang karena bukan bagian dari hari-hari dalam tahun yang didekritkan Atum, Nut bisa melahirkan anak-anaknya. Nut kemudian melahirkan lima dewa-dewi pertama: Osiris, Isis, Set, Nephthys dan Horus Agung di bulan Juli. Bangsa Mesir mengatur kalender mereka dengan kelima hari magis ini. Iah pda akhirnya diserap oleh Dewa Khonsu.

Iabet – Dewi kesuburan dan kelahiran kembali, dikenal sebagai ‘Dia yang Berasal dari Timur’ dan terkadang diasosiasikan dengan Amenet (‘Dia yang Berasal dari Barat’). Iabet berkuasa di gurun-gurun timur dan pada waktunya, menjadi personifikasi untuk wilayah ini. Iabet juga dikenal sebagai ‘Pembersih Ra’ yang memandikan matahari sebelum matahari muncul di langit fajar dan merupakan personifikasi kesegaran matahari pagi. Pada akhirnya Iabet diserap oleh Isis.

Ihy – Dewa musik dan kebahagiaan, terutama musik dari alat musik sistrum. Putra Hathor dan Horus Agung. Ihy disembah bersama dengan Hathor di Dendera dan dipanggil namanya di festival-festival. Kelahirannya diperingati dalam tulisan-tulisan di dinding rumah-rumah persalinan di Dendera yang dipercaya bahwa kebahagiaan dan musik harus menyambut kelahiran anak-anak di bumi. Digambarkan sebagai seorang anak dengan sebuah sistrum.

Imhotep – Perdana menteri untuk Raja Djoser (sekitar 2670 SM) yang merancang dan membangun Piramida Berundak. Imhotep hidup sekitar tahun 2667-2600 SM dan seorang polimatik yang ahli dalam banyak bidang studi. Namanya berarti ‘Dia yang Datang dalam Damai’ dan setelah kematiannya, dia didewakan menjadi dewa kebijaksanaan dan obat-obatan. Imhotep diidentikkan dengan Asclepius oleh bangsa Yunani dan dipanggil dalam mantra-mantra penyembuh. Risalah medisnya menyatakan, berlawanan dengan kepercayaan umum, bahwa penyakit berasal dari alam dan bukan hukuman dari para dewa.

Imsety – Dewa pelindung, salah satu dari Empat Putra Horus yang melindungi toples berisi hati. Imsety menguasai selatan, berwujud manusia laki-laki dan diawasi oleh Isis.

Ipy – Dewi Ibu yang, dalam beberapa teks diasosiasikan dengan ibu Osiris, juga dikenal sebagai Opet dan "Opet Agung". Impy digambarkan sebagai seekor kuda nil atau kombinasi kuda nil, buaya dan manusia perempuan dan singa – paling sering dengan kepala singa, badan kuda nil, lengan manusia dan kaki singa. Ipy dikenal sebagai "Wanita Perlindungan Sihir" dan adalah yang pertama disebutkan dalam Teks-Teks Piramida sebagai dewi yang melindungi dan merawat raja.

Ishtar – Dewi cinta, seksualitas dan perang dari Mesopotamia. Awalnya dewi ini adalah Inanna dari Sumeria dan Akkadia, yang kemudian menjadi Ishtar untuk bangsa Asyur dan mempengaruhi perkembangan dewi-dewi sejenis, seperti Aphrodite dari Yunani, Astarte dari Fenisia, Hathor dari Mesir dan Sauska dari Hittite, di antara yang lain-lain. Kemungkinan dia pertama kali diperkenalkan di Mesir lewat perdagangan pada Periode Dinasti Awal (sekitar 3150-2613 SM) tapi mendapatkan kedudukan yang mantap setelah bangsa Mesir ditaklukkan oleh bangsa Asyur oleh Ashurbanipal di tahun 666 SM.

Isis – Dewi yang paling berpengaruh dan paling populer dalam sejarah Mesir. Isis diasosiasikan dengan hampir setiap aspek kehidupan manusia dan, pada akhirnya, naik ke posisi dewa tertinggi, ‘Ibu Para Dewa’, yang memberikan perhatiannya kepada sesama dewa-dewi sama seperti perhatiannya pada umat manusia. Isis adalah anak kedua dari Lima Dewa Awal (Osiris, Isis, Set, Nephthys dan Horus Agung), istri-adik dari Osiris, ibu Horus Muda dan secara simbolis dipahami sebagai ibu dari setiap raja. Nama Mesirnya, Eset, berarti ‘Dewi Takhta’ karena asosiasinya dengan kerajaan. Isis juga dikenal sebagai Weret-Kai, ‘Sihir Agung’, karena kekuatannya yang dahsyat. Isis memberikan perhatiannya orang-orang yang masih hidup dan muncul di hadapan mereka yang sudah mati untuk membimbing mereka agar selamat sampai ke surga. Setelah penaklukan Mesir oleh Aleksander Agung di tahun 331 SM, pemujaannya bergerak ke Yunani dan kemudian ke Roma. Selama masa Kekaisaran Romawi, Isis dipuja di setiap sudut negeri dari Britania, melalui Eropa, ke Anatolia. Kultus Isis adalah lawan yang paling kuat bagi agama baru, Kristen, antara abad ke-4 hingga ke-6 Masehi; kemudian ikonografi, beserta prinsip-prinsip kepercayaan pemujaan Isis dimasukkan ke dalam kepercayaan baru. Gambaran Perawan Maria menggendong putranya, Yesus, berasal langsung dari Isis yang menimang putranya Horus; dan figur Yesus sebagai Tuhan yang Wafat dan Bangkit adalah sebuah versi dari Osiris.

Patung IsisMark Cartwright (CC BY-NC-SA)

Mark Cartwright (CC BY-NC-SA)

Isis-Eutheria – Isis versi Yunani yang muncul belakangan yang dipuja di Mesir. Air matanya, ketika dia berduka untuk Osiris, dipercaya menyebabkan Sungai Nil meluap.

Iusaaset – Dewi Ibu yang awal sekali, disebut sebagai ‘Nenek Para Dewa’ dan dikaitkan dengan Atum pada saat penciptaan dunia. Iusaaset digambarkan, pada Periode Dinasti awal (sekitar 3150-2613 SM) sebagai seorang perempuan dengan uraeus (symbol ular kobra yang siap mematuk) dan piringan matahari di kepalanya, memegang tongkat dan ankh, simbol kehidupan, diasosiasikan dengan pohon akasia, Pohon Kehidupan, yang dianggap sebagai pohon tertua di Mesir. Iusaaset dikenal sebagai ‘Wanita Akasia’, sebuah epitet yang kemudian diatributkan pada Hathor. Dewi Iusaaset dikenal sebagai Saosis oleh bangsa Yunani.

Iw – Dewi penciptaan yang dipuja di Heliopolis dan diasosiasikan dengan Hathor dan Atum, menggabungkan kualitas dari Hathor, Nebet, dan Hetepet.

Jiwa-Jiwa dari Nekhen dan Pe – Roh-roh pelindung yang dianggap sebagai jiwa-jiwa nenek moyang dari kota Nekhen di Mesir Hulu (juga dikenal sebagai Hierakonopolis) dan kota Pe di Mesir Hilir (juga dikenal sebagai Buto). Roh-roh ini secara simbolis menyatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir serta melayani raja dalam kehidupan dan kematian. Semasa hidupnya raja diidentikkan dengan Horus, yang didukung oleh jiwa-jiwa, dan ketika meninggal, raja diasosiasikan dengan Osiris, yang ditangisi dan dihormati oleh jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa dari Pe digambarkan sebagai pria-pria berkepala elang dan jiwa-jiwa dari Nekhen digambarkan berkepala jakal. Keduanya bisa dilihat pada inskripsi-inskripsi di kuburan-kuburan para raja untuk menghormati kedatangan raja yang sudah meninggal di dunia akhirat.

Jupiter-Amun – Versi Romawi dari Zeus-Amun, raja para dewa, disembah di Oasis Siwa di Mesir.

Kabechet (Kebehwet atau Qebhet) – Kabechet awalnya adalah dewi ular langit yang kemudian dikenal sebagai putri Anubis dan dewi pemakaman. Kabechet menyediakan air murni dan sejuk untuk jiwa-jiwa orang yang sudah mati sementara mereka menunggu penghakiman mereka di Aula Kebenaran. Kabechet juga diasosiasikan dengan Nephthys sebagai teman orang-orang mati.

Kagemni – Seorang perdana menteri untuk Raja Sneferu (sekitar 2613-2589 SM) yang menulis teks kebijaksanaan yang dikenal sebagai Petunuk-Petunjuk Kagemni. Buku ini dianggap sangat penting sehingga dijadikan buku pedoman untuk anak-anak raja. Kagemni didewakan setelah kematiannya dan disembah sebagai dewa kebijaksanaan.

Kek dan Kauket – Dewa-dewi kegelapan dan malam, anggota Ogdoad yang asli dari Hermopolis. Kek dan Kauket adalah aspek pria/wanita dari kegelapan tapi tidak ada hubungannya dengan kejahatan. Kek adalah dewa jam-jam sebelum fajar dan dikenal sebagai ‘Pembawa Cahaya’ saat dia memandu perahu matahari dewa Ra menuju langit dari dunia akhirat. Kauket, aspek femininnya, digambarkan sebagai seorang wanita berkepala ular yang juga disebut ‘Pembawa Kegelapan’ yang menguasai jam-jam senja ketika matahari terbenam. Kauket memandu perahu matahari menuju dunia akhirat.

Khentekhtai (Khente-Khtai) – Dewa buaya yang disembah di Dinasti Keempat (sekitar 2613-2498 SM) di kota Athribis. Namanya dan sifat-sifat melidunginya kemudian diserap oleh Horus.

Khentiamenti (Khentiamentiu) – Dewa kesuburan dari Abydos yang menjadi dewa pemakaman. Namanya berarti ‘Yang Pertama dari Barat’ (juga ‘Yang Terutama dari Barat’) merujuk pada perannya sebagai dewa kematian (yang berkaitan dengan arah barat). Nama dan atributnya kemudian diserap oleh Osiris.

Khenmu (Khnum) – Juga dikenal sebagai ‘Pengrajin Tembikar Agung’, Khenmu merupakan dewa awal dari Mesir Hulu, kemungkinan besar berasal dari Nubia. Dalam mitos yang awal, Khenmu adalah dewa yang menciptakan manusia dari tanah liat Sungai Nil dan kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi supaya cahaya dari Ra menyinari mereka dan memberi mereka kehidupan. Khenmu digambarkan sebagai dewa berkepala kambing jantan yang melambangkan kejantanan dan kesuburan. Khenmu membentuk tiga serangkai dengan Dewa Anuket dan Dewi Satis di Elephantine di perbatasan Mesir dan Nubia. Dikaitkan dengan Dewa Kherty, yaitu dewa berkepala kambing jantan lain namun merupakan entitas yang berbeda. Khenmu adalah dewa pelindung para pengrajin tembikar dan mereka yang bekerja dengan keramik.

Khepri – Sebuah aspek dari dewa matahari Ra dalam wujud paginya, diwakili oleh kumbang scarab.

Kherty (Cherty) – Kherty adalah dewa berkepala kambing jantan dari dunia akhirat yang mengantarkan orang-orang mati dalam perjalanan terakhir mereka menuju dunia akhirat. Di Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM) konon dikatakan dia memerintah dunia akhirat bersama dengan Osiris. Kherty berkuasa atas gerbang dan lorong yang menuju ke Aula Kebenaran, sementara Osiris berkuasa atas Aula Kebenaran dan Padang Alang-Alang. Orang-orang mati disambut oleh dewa-dewi lain ketika mereka tiba di dunia akhirat dan kemudian dibawa ke Aula Kebenaran untuk dihakimi oleh Kherty. Dalam perannya ini Kherty adalah sosok yang murah hati tapi dalam beberapa inskripsi dituliskan Kherty adalah musuh dari tatanan yang mengancam raja yang mati di gerbang dunia akhirat. Sebaliknya, Kherty juga digambarkan sebagai pelindung raja.

Khonsu (Kons, Chonsu, Khensu atau Chons) – Namanya berarti ‘Si Pengembara’ dan merupakan dewa bulan. Khonsu membentuk tiga serangkai yang paling penting dan berpengaruh di Thebes bersama dengan ayahnya, Amun, dan ibunya, Mut. Khonsu digambarkan sebagai mumi yang memegang tongkat penggembala dan cambuk dengan uraeus dan piringan bulan di kepalanya. Khonsu menggantikan dewa Montu sebagai putra Mut dan mengambil sifat-sifat pelindungnya. Pada saat Kerajaan Baru (1570-1069 SM) Khonsu menjadi amat sangat populer dan disembah sebagai dewa yang paling agung di antara dewa-dewa yang lain setelah Amun. Khonsu diasosiasikan dengan penyembuhan. Gambaran Khonsu dipercaya memiliki kemampuan ajaib untuk menyembuhkan mereka yang sakit dalam sekejap.

Lates-Ikan – Ikan kakap putih Sungai Nil yang suci bagi Dewi Neith. Disembah sebagai makhluk suci sebagai Esna.

Maahes (Mahes, Mihos atau Mysis) – Dewa matahari yang kuat dan pelindung mereka yang tidak bersalah. Digambarkan sebagai pria berkepala singa yang membawa pisau panjang atau sebagai seekor singa. Namanya dikaitkan dengan Ma’at, dewi harmoni dan kebenaran, dan bisa berarti ‘Benar Sebelum Ma’at’. Penafsiran ini kemungkinan karena namanya yang lain, termasuk ‘Tuan Pembantai’ dan ‘Tuan Merah’, mengacu pada hukuman yang dia berikan pada mereka yang melanggar tatanan suci kehidupan yang dikuasai oleh Ma’at. Pada umumnya Maahes dipahami sebagai putra Bastet namun, juga disebut sebagai putra Sekhmet; hal yang wajar mengingat keduanya diasosiasikan dengan kucing/singa. Kemungkinan Maahes adalah aspek dari Dewa Nefertum, yang juga putra Bastet, dan membentuk tiga serangkai dengan Nefertum dan Imhotep di Memphis. Dikaitkan dengan Enrinyes oleh bangsa Yunani karena sifatnya yang pendendam.

Ma’at – Dewi kebenaran, keadilan dan harmoni. Salah satu dewi yang paling penting dalam panteon Mesir. Ma'at meletakkan bintang-bintang di langit dan mengatur musim. Ma’at merupakan perwujudan dari prinsip ma’at (harmoni) yang merupakan kunci dari kebudayaan Mesir kuno. Ma’at mendampingi manusia saat hidup, hadir saat kematian dalam wujud Bulu Kebenaran pada saat penghakiman jiwa, dan terus hadir di surga di Padang Alang-Alang. Ma'at digambarkan sebagai seorang wanita yang memakai mahkota dengan bulu burung unta. Namanya berarti ‘yang lurus’ lebih jauh lagi, konsep harmoni meresap ke dalam setiap aspek kehidupan bangsa Mesir. Ada waktunya untuk setiap tindakan dan aspek keberadaan dalam ma'at tetapi semuanya harus dikenali dan ditindaklanjuti pada waktu yang tepat.

Mafdet (Mefdet) – Dewi keadilan yang awal yang mengumumkan penghakiman dan melaksanakan eksekusi dengan cepat. Namanya berarti ‘Dia yang Berlari’ karena kecepatannya dalam menegakkan keadilan. Mafdet adalah dewi kucing yang paling awal di Mesir, lebih dulu ada sebelum Bastet dan Sekhmet. Dia melindungi orang-orang dari gigitan berbisa, terutama sengatan kalajengking, dan lebih dulu ada sebelum Serket, yang kemudian mengambil alih peran ini. Seluruh sifat-sifat Mafdet kemudian diambil alih oleh dewi-dewi yang lain, namun Mafdet tetap menjadi dewi yang populer dari Periode Dinasti Awal (sekitar 3150-2613 SM) hingga zaman Kerajaan Baru (1570-1069 SM) ketika dia muncul sebagai hakim di dunia akhirat. Mafdet digambarkan sebagai seorang wanita berkepala kucing, cheetah, macan tutul atau lynx yang memegang tali dan pisau algojo.

Mandulis (Marul atau Merwel) – Dewa matahari dari Nubia yang dipuja di Mesir di Philae dan Kalabsha, yang berada di Mesir Hulu dan Perbatasan Nubia. Kuil pertamanya dibangun di Kalabsha pada Dinasti ke-18 (sekitar 1550-1292 SM). Dia diidentikkan dengan Ra dan Horus dan digambarkan sebagai seekor elang yang memakai hiasan kepala bertanduk (mahkota hemhem) atau manusia yang memakai mahkota yang sama dengan tambahan ular. Dalam asosiasinya dengan Ra, Mandulis muncul sebagai seorang anak kecil yang melambangkan matahari pagi dan sebagai orang dewasa yang mewakili siang hari.

Mau – Kucing kahyangan yang, dalam beberapa cerita, hadir pada saat awal penciptaan sebagai aspek dari Ra. Mau melindungi Pohon Kehidupan yang menyimpan rahasia-rahasia kehidupan dan pengetahuan suci dari ular jahanam, Apep. Kisah Mau dan Pohon Kehidupan diceritakan dalam Mantra 17 pada Kitab Kematian Mesir, di mana, Mau si kucing jelas-jelas merupakan personifikasi dari Ra. Mantra 17 juga menyatakan bahwa ini adalah asal-muasal kucing di bumi.

Mehen – Dewa ular yang melilitkan dirinya pada Ra di perahu matahari untuk melindungi Ra dari serangan-serangan Apep. Di mitos yang awal, Mehen diperlihatkan sedang melindungi Ra sementara Set melawan Apep.

Mehet-Weret – Dewi langit purba dan merupakan salah satu dewi paling tua di Mesir. Dia adalah dewi sapi kahyangan yang muncul dari perairan purba yang berisi kekacauan untuk melahirkan dewa matahari Ra pada awal waktu. Namanya berarti ‘Air Bah’ dan diasosiasikan dengan kesuburan dan keberlimpahan. Setelah melahirkan matahari, Mehet-Weret meletakkannya di antara tanduknya dan setiap pagi mengangkatnya ke langit. Sifat-sifatnya kemudian diserap oleh Hathor.

Mehit (Mehyt) – Dewi bulan dari Periode Dinasti Awal (sekitar 3150-2613 SM). Diidentikkan dengan konsep Dewi Jauh yang pergi dari Ra dan kembali untuk membawa transformasi. Biasanya digambarkan sebagai seekor singa betina yang sedang berbaring dengan tiga tongkat yang muncul dari belakangnya. Pasangan Anhur.

Mekhit – Dewi perang, kemungkinan berasal dari Nubia. Mekhit digambarkan sebagai seekor singa betina yang mengaum dan diasosiasikan dengan bulan. Mekhit melambangkan aspek pembalas Mata Ra. Dalam salah satu mitos, Mata Ra pergi menuju Nubia kemudian mengubah dirinya menjadi seekor singa betina. Dewa Onuris memburunya dan mengembalikannya pada Ra di mana dia kemudian menjadi (melahirkan) Menhit yang menjadi pasangan Onuris. Kisah Menhit, Onuris dan Mata Ra adalah contoh Dewi Jauh yang mana Mata Ra meninggalkan Ra lalu kembali, atau dikembalikan dan membawa transformasi.

Menhit (Menhyt) – Dia adalah dewi matahari yang melambangkan alis dewa matahari Ra, digambarkan sebagau singa betina yang sedang berbaring. Menhit disembah di wilayah Delta dan diasosiasikan dengan Neith dan Wadjet sebagai dewi pelindung.

Meretseger – Dewi pelindung dalam wujud seekor ular kobra yang dihormati di Thebes. Secara khusus, Meretseger menjaga pemakaman di Lembah Para Raja.

Merit – Dewi musik yang ikut membangun susunan kosmik lewat musik. Dia adalah dewi kecil yang pada akhirnya kalah terkenal dari Hathor dalam hal musik. Hathor terutama diasosiasikan dengan sistrum dan musik secara umum, namun pada awalnya, Merit adalah dewi yang ‘memimpin’ simfoni tatanan yang mendampingi penciptaan.

Meskhenet – Dewi persalinan dan salah satu dewi paling tua di Mesir. Meskhenet hadir saat bayi lahir, menciptakan ka (aspek dari jiwa) dan meniupkannya pada tubuh bayi. Dengan melakukan hal ini, Meskhenet memberikan takdir kepada orang tersebut melalui karakternya. Meskhenet juga hadir pada saat penghakiman jiwa-jiwa di dunia akhirat sebagai penghibur dan hadir pula pada saat kelahiran, kehidupan dan setelah kematian. Meskhenet digambarkan sebagai batu bata bersalin (batu di mana wanita berjongkok di atasnya untuk melahirkan) dengan kepala seorang wanita atau wanita yang duduk dengan batu bata bersalin di kepalanya. Perannya sebagai pemberi takdir pada akhirnya diambil alih oleh Ketujuh Hathor, namun Meskhenet tetap dihormati di rumah-rumah sepanjang sejarah Mesir.

Mestjet – Dewi berkepala singa yang dipuja di Abydos sebagai salah satu dari sekian banyak aspek dari Mata Ra. Tidak diragukan lagi Mestjet muncul dalam kisah-kisah mengenai Dewi Jauh sebagaimana biasanya dewi yang diasosiasikan dengan Mata Ra, akan tetapi sejauh ini tidak ditemukan cerita mengenai Dewi Mestjet. Mestjet hanya diketahui dari sebuah stela di Abydos yang menunjukkan Mestjet sebagai seorang wanita sedang berdiri dengan memegang ankh di satu tangan dan sebatang tongkat di tangan satunya sementara putrinya mendekat untuk memberi hormat.

Min – Dewa kesuburan kuno dari Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM). Min adalah dewa gurun pasir timur yang mengawasi para pengelana, tapi juga diasosiasikan dengan lumpur hitam subur di Delta Mesir. Min diperlihatkan sebagai suami Isis dan ayah Horus pada inskripsi-inskripsi awal sehingga dia diasosiasikan dengan Osiris. Min digambarkan sebagai seorang pria dengan penis yang ereksi di satu tangan dan cambuk kekuasaan di tangan satunya.

Mnevis (Mer-Wer atau Nem-Wer) – Mnevis adalah banteng suci dari Heliopolis dan dianggap sebagai aspek dari dewa matahari Ra. Dia adalah banteng hidup yang dipilih dari kawanannya karena warna bulunya yang hitam sempurna. Setiap kali hanya ada satu banteng Mnevis yang bisa ada dan yang lainnya dipilih setelah yang sebelumnya mati. Mnevis pada akhirnya diserap oleh Apis.

Montu – Dewa elang yang menjadi terkenal pada Dinasti ke-11 di Thebes (sekitar 2060-1991 SM). Namanya diambil dari ketiga pemimpin dinasti tersebut dalam bentuk Mentuhotep (Montuhotep) yang berarti ‘Montu Senang’. Pada akhirnya Montu diasosiasikan dengan Ra sebagai dewa matahari gabungan Mont-Ra dan diasosiasikan dengan Horus sebagai dewa perang. Bangsa Yunani menyamakannya dengan Apollo.

Mut – Dewi ibu awal yang kemungkinan besar memiliki peran kecil pada Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) tapi kemudian menjadi terkenal sebagai istri Amun dan ibu dari Khons;, bagian dari Tiga Serangkai Thebes. Mut adalah dewi pelindung yang diasosiasikan dengan Bastet dan Sekhmet. Mut menjaga orang-orang hidup dan, di Mantra 164 dalam Kitab Kematian, digambarkan sebagai penyelamat jiwa-jiwa yang terperangkap oleh iblis di dunia akhirat. Mut juga merupakan pelindung suci raja dan negara yang memanggang para konspirator dan pengkhianat di perapian yang menyala-nyala.

Nebethepet – Dewi yang disembah di Heliopolis sebagai personifikasi dari tangan Atum, yang aktif, sisi feminin dewa Atum.

Nefertum (Nefertem) – Dewa parfum dan aroma-aroma manis. Nefertum lahir dari kuncup bunga lotus biru pada saat permulaan penciptaan dan pada awalnya adalah aspek dari Atum. Namanya berarti ‘Atum yang Cantik’. Dia kemudian menjadi dewa mandiri dan diasosiasikan dengan bunga-bunga berbau wangi. Dalam pengobatan Mesir namanya dipanggil agar aroma penyembuh bisa menyembuhkan penyakit dan dia diasosiasikan dengan dupa.

Nehebkau (Nehebu-Kau) – ‘Dia yang Menyatukan Ka’, adalah dewa pelindung yang menyatukan ka (aspek jiwa) pada raga pada saat kelahiran dan menyatukan ka dengan ba (aspek jiwa yang bersayap) setelah kematian. Nehebkau digambarkan sebagai seekor ular dan, seperti halnya Heka, dia sudah selalu ada. Nehebkau berenang-renang di perairan purba pada permulaan penciptaan sebelum Atum muncul dari kekacauan untuk menerapkan tatanan.

Nehmetawy – Dewi pelindung yang namanya berarti ‘Dia yang Merangkul Mereka yang Membutuhkan’ Dia disembah di Hermopolis, di mana dia dianggap sebagai istri Nehebkau. Di wilayah lain, dia adalah pasangan dewa kebijaksanaan dan menulis, Thoth.

Neith – Salah satu dewi yang paling tua dan paling bertahan lama di Mesir kuno, dipuja sejak zaman Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) hingga Dinasti Ptolemik (323-30 SM), yang terakhir berkuasa di Mesir sebelum akhirnya jatuh di tangan bangsa Romawi. Neith, pada masanya, adalah dewi perang, dewi pencipta, dewi ibu dan dewi pemakaman serta merupakan dewi pelindung kota Sais di Delta Nil. Neith adalah dewi paling penting di Mesir Hilir dalam sejarah awal dan terus berada di posisi penting dalam pemujaan selama ribuan tahun. Dalam penggambaran awal Neith digambarkan dengan busur dan panah dan salah satu epitetnya adalah ‘Wanita dengan Busur’. Sebagai dewi pencipta Neith diidentifikasi dengan perairan kekacauan (nun) sebelum penciptaan terjadi dan dalam perannya ini dia dipanggil ‘Nenek Para Dewa’ atau ‘Ibu Para Dewa’. Neith dipercaya menciptakan kelahiran dan dikaitkan erat dengan makhluk yang hidup dan bertumbuh. Sebagai dewi ibu, dia adalah penengah saat para dewa sedang bersengketa, yang paling terkenal adalah saat dia menyelesaikan persoalan apakah Horus ataukah Set yang harus memerintah Mesir ketika para dewa hakim tidak bisa memutuskan. Dewi Neith juga menjadi terkenal sebagai dewi pemakaman yang mengawasi mereka yang sudah mati. Patungnya bisa dilihat bersama dengan patung Isis, Nephthys dan Serket di kuburan Tutankhamun. Neith adalah dewi pengawas Duamutef, salah satu dari Empat Putra Horus yang menjaga toples-toples di kuburan dan digambarkan sebagai hakim yang adil dalam mengadili mereka yang sudah mati di Aula Kebenaran.

Nekhbet – Dewi pelindung berwujud burung pemakan bangkai yang menjaga Mesir Hulu. Nekhbet diasosiasikan dengan Wadjet, pelindung Mesir Hilir. Mereka berdua disebut sebagai ‘Dua Wanita’.

Nekheny – Dewa pelindung berwujud seekor elang yang merupakan pelindung kota Nekhen pada Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM). Atribut-atributnya pada akhirnya diserap oelh Horus.

Neper – Dewa biji-bijian, putra Dewi Renenutet. Neper adalah personifikasi dari jagung dan diasosiasikan dengan Osiris sebagai dewa kesuburan. Neper sudah lebih dulu ada sebelum Osiris dan kemungkinan adalah salah satu dewa awal yang membentuk mitos Osiris. Teks Peti Mati II.95 menyebutkan Neper sebagai dewa yang ‘hidup setelah mati’ dan inskripsi-inskripsi menghubungkannya dengan sosok Dewa Kematian dan Kebangkitan sebelum kepopuleran Osiris.

Nephthys – Dewi pemakaman, salah satu dari lima dewa yang lahir dari Geb dan Nut setelah penciptaan dunia, istri Set, saudari kembar Isis dan ibu Anubis. Namanya berarti ‘Wanita Kuil Suci’ atau ‘Nyonya Rumah’ yang merujuk pada rumah yang indah atau kuil. Nephthys digambarkan sebagai seorang perempuan dengan sebuah rumah di kepalanya. Nephthys, secara luas – dan keliru – dianggap sebagai dewi kecil padahal Nephthys sudah disembah di seluruh Mesir sejak periode paling awal hingga dinasti terakhir yang memerintah Mesir. Nephthys dianggap sebagai dewi kegelapan yang berlawanan dengan Isis yang terang, bukan dalam arti yang negatif, melainkan mengacu pada keseimbangan. Nephthys adalah tokoh yang penting dalam mitos Osiris; ketika dia mengubah dirinya menjadi Isis untuk merayu Osiris, ketika dia membocorkan lokasi mayat Osiris pada Set dan ketika dia membantu saudarinya membangkitkan kembali sang raja yang sudah mati. Nephthys dikenal sebagai ‘Teman Orang Mati’ karena perhatiannya pada jiwa-jiwa di dunia akhirat; selain itu, para pelayat profesional di pemakaman-pemakaman, yang mendorong untuk mengekspresikan kesedihan secara terbuka, dikenal sebagai ‘Layang-Layang Nephthys’. Dalam teks Ratapan Isis dan Nephthys, Nephthys memanggil jiwa Osiris dari kematian. Teks ini secara rutin dibacakan di festival-festival, pelayanan-pelayanan dan pemakaman di seluruh Mesir.

Jimat NephthysRama (CC BY-SA)

Nu (Nun) dan Naunet – Nu adalah personifikasi dari kekacauan purba dari mana dunia lahir. Naunet adalah aspek wanita dan pasangannya. Nu pada umumnya dipandang sebagai ‘Ayah Para Dewa’ sementara Naunet hanya disebut dalam Ogdoad, kelompok yang terdiri dari delapan dewa purba; empat dewa berpasangan dengan empat dewi yang mewakili elemen-elemen asli penciptaan. Pada mitologi yang belakangan, Dewi Neith diasosiasikan dengan Nu.

Nut – Dewi langit purba yang merupakan personifikasi dari kanopi kahyangan, istri Geb (bumi), ibu Osiris, Isis, Set, Nephthys dan Horus Agung. Setelah bukit purba muncul dari perairan kekacauan pada saat penciptaan, Atum (Ra) mengirimkan anak-anaknya Shu dan Tefnut untuk menciptakan dunia. Ketika mereka kembali, Atum (Ra) begitu bersukacita hingga menitikkan air mata. Air mata yang jatuh itu pun berubah menjadi manusia. Makhluk-makhluk ini tidak memiliki tempat tinggal, maka Shu dan Tefnut kawin untuk melahirkan Geb (bumi) dan Nut (langit). Hubungan Geb dan Nut begitu akrab hingga mengganggu Atum yang kemudian mendorong Nut jauh ke atas Geb dan memasangnya di sana. Atum juga menetapkan bahwa Nut tidak bisa melahirkan di hari apa pun dalam tahun itu. Thoth, dewa kebijaksaan, bertaruh dengan Iah, dewa bulan, dan memenangkan lima hari cahaya bulan yang dia ubah menjadi hari. Nut akhirnya bisa melahirkan kelima anaknya selama lima hari berturut-turut di bulan Juli yang bukan bagian dari hari-hari Atum. Dalam beberapa versi, adalah Khonsu yang kalah taruhan dari Thoth.

Ogdoad – Delapan dewa yang mewakili elemen-elemen penciptaan purba: Nu dan Naunet (air); Heh dan Hauhet (ketakterbatasan); Kek dan Kauket (kegelapan); Amun dan Amaunet (rahasia dan hal yang tersembunyi). Konsep keseimbangan, yang sangat penting dalam kebudayaan Mesir, dilambangkan dengan berbagai ogdoad dari dewa/roh Mesir.

Onuris (Anhur) – Dewa perang and berburu. Namanya berarti ‘Dia yang Membawa Pulang Mereka yang Jauh’ yang mengacu pada kisah tentang Onuris yang mengembalikan Mata Ra dari Nubia. Dalam kisah ini, Mata Ra pergi dari Mesir dan berubah wujud menjadi seekor singa. Onuris memburu singa tersebut, menangkapnya dan mengembalikannya pada Ra. Mata Ra itu kemudian berubah menjadi Dewi Mekhit yang kemudian menjadi pasangan Onuris. Cerita ini adalah contoh Dewi Jauh yang mana Mata Ra pergi dari sang dewa matahari dan kemudian dikembalikan (atau kembali dengan sendirinya) sambil membawa transformasi. Onuris dianggap sebagai putra Ra dan diasosiasikan dengan Dewa Shu. Gambarnya (sebagai Anhur) muncul dalam panji-panji tentara Mesir saat dia memimpin tentara Mesir dalam perang, melindungi para tentara dalam peretempuran dan mengantarkan mereka pulang dengan selamat. Onuris adalah dewa pelindung tentara Mesir dan para pemburu.

Osiris – Penguasa dan hakim mereka yang sudah mati, salah satu dari lima dewa yang lahir dari Nut pada permulaan penciptaan, dan salah satu dewa Mesir yang paling populer dan bertahan paling lama. Namanya berarti ‘Berkuasa’ atau ‘Kuat’. Osiris awalnya adalah dewa kesuburan yang menjadi populer dan berpengaruh lewat Mitos Osiris, di mana dia dibunuh oleh saudara laki-lakinya, Set, dibangkitkan oleh istrinya, Isis, menjadi ayah bagi dewa langit Horus, dan turun ke dunia akhirat sebagai Hakim Orang Mati. Dalam Kitab Kematian Mesir Osiris terus-menerus disebut sebagai hakim yang adil di dalam Aula Kebenaran yang mebandingkan berat jantung dari jiwa orang mati dengan bulu putih ma’at. Osiris adalah contoh awal sosok Dewa Kematian dan Kebangkitan dalam mitologi yang kemudian menjadi model untuk Yesus Kristus. Bangsa Mesir mengidentikkan diri mereka dengan Osiris saat mati dan biasanya Osiris digambarkan sebagai mumi (melambangkan kematian) dengan kulit berwarna hijau atau hitam (melambangkan kesuburan wilayah Nil dan kehidupan). Dewa Osiris juga sangat populer sehingga bangsa Mesir kuno rela membayar agar mereka bisa dikuburkan di Abydos di dekat pusat pemujaannya. Sementara bagi yang tidak mampu, mereka membayar untuk mendirikan tugu peringatan bagi dirinya sendiri atau untuk orang-orang terkasih di Abydos. Mereka percaya bahwa kedekatan dengan Osiris di bumi menjamin akses yang lebih mudah ke surga setelah mereka mati. Pemujaannya otomatis menjadi satu dengan istrinya. Pemujaan Isis, dengan simbol-simbolnya yang melambangkan keselamatan, hidup abadi, dewa kematian dan kebangkitan, dan putranya yang suci yang dilahirkan dari ibu yang perawan, mempengaruhi perkembangan Kekristenan.

Dewa Mesir OsirisA.K. (Copyright)

Osiris-Apis – Banteng Apis. Secara tradisional diasosiasikan dengan Dewa Ptah dan kemudian dikaitkan dengan Osiris saat Osiris menjadi lebih populer. Di Saqqara, para pendeta mulai menyembah dewa gabungan yang mereka sebut Osiris-Apis yang merupakan dewa berwujud banteng. Seperti halnya dengan banteng Apis, banteng hidup dianggap sebagai inkarnasi dari sang dewa. Ketika banteng suci ini mati, jasadnya dimumikan dengan cara yang sama dengan raja.

Padang Persembahan – Sebuah wilayah di dunia akhirat yang didedikasikan untuk Osiris, berlokasi di barat. Dalam beberapa inskripsi tempat ini sama dengan Padang Alang-Alang.

Padang Alang-Alang – Surga bangsa Mesir di dunia akhirat yang menjadi tujuan jiwa-jiwa setelah sukses melewati penghakiman dan diadili oleh Osiris. Tempat ini adalah refleksi langsung akan kehidupan manusia di bumi di mana mereka melanjutkan segalanya seperti sebelumnya tapi tanpa adanya penyakit, kekecewaan atau ancaman kematian.

Pakhet – Dewi berburu berwujud singa betina, namanya berarti ‘Dia yang Mencakar’ atau ‘Pengoyak’. Pakhet adalah pasangan Horus dan diasosiasikan dengan aspek pembalas Sekhmet dan aspek keadilan dari Isis. Pakhet dipercaya berburu di malam hari untuk menakuti musuh-musuhnya.

Panebtawy – Dewa kanak-kanak yang merupakan personifikasi dari raja sebagai anak suci Horus dan juga sebagai Horus yang kanak-kanak. Dia digambarkan sebagai anak laki-laki dengan jari di bibir, model untuk Harpocrates, versi Yunani Horus kanak-kanak. Namanya berarti ‘Penguasa Dua Negeri’. Dia adalah putra Tasenetnofret, dewi lokal dari Kom Ombo yang merupakan manifestasi dari Hathor.

Pataikos – Dewa-dewa jimat kecil yang mewakili kekuatan Dewa Ptah. Mereka digambarkan sebagai dewa-dewa kerdil dan dipakai untuk perlindungan.

Peak – Dikenal sebagai ‘Puncak dari Barat’, merupakan personifikasi dari puncak tertinggi tebing-tebing yang membayangi Lembah Para Raja dan disembah oleh para pekerja do Deir el-Medina sebagai kekuatan pelindung.

Peteese dan Pihor – Dua bersaudara manusia yang dikenal sebagai ‘putra-putra Kuper’ yang tenggelam di Sungai Nil dekat Dendur. Mereka didewakan karena kaitannya dengan Osiris, yang berawal dari kematian mereka di sungai dan menjadi dewa pelindung lokal.

Ptah – Salah satu dewa Mesir tertua yang muncul pada Periode Dinasti Pertama (sekitar 3150-2613 SM) tapi kemungkinan besar berasal dari Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM). Ptah adalah dewa besar dari Memphis, pencipta dunia, dewa kebenaran, dan dewa ketua dari kota Memphis dan wilayah sekitarnya sekitar tahun 3000 SM. Ptah awalnya adalah sosok yang berdiri di bukit purba ben-ben pada saat penciptaan dunia. Kemungkinan dia adalah dewa kesuburan yang awal dan diasosiasikan dengan pohon kelor yang, pada mitos awal, adalah pohon kesukaannya untuk berisitirahat. Dia adalah dewa pelindung para pengukir, pengrajin dan para tukang bangunan yang membangun monument-monumen karena dia dianggap sebagai pengukir bumi. Dia terkadang dikenal sebagai Ptah-Nun atau Ptah-Naunet dalam aspek kereatifnya, mengaitkannya dengan substansi purba Ogdoad. Dia digambarkan sebagai mumi laki-laki yang mengenakan topi tengkorak sambil menggenggam, tongkat kekuasaan Was dengan simbol ankh dan djed di puncaknya.

Ptah-hotep – Penulis salah satu Teks Kebijaksanaan, yang didewakan setelah kematiannya dan dihormati dengan pemujaan terhadapnya.

Ptah-Sokar-Osiris – Dewa gabungan dari tiga dewa yang diasosiasikan dengan penciptaan, kematian dan kelahiran kembali. Dipuja pada periode Kerajaan Tengah (2040-1782 SM).

Putra-Putra Horus – Lihat Empat Putra Horus.

Qebhet – Lihat Kabechet

Qebehsenuef – Dewa pelindung, salah satu dari Empat Putra Horus yang melindungi toples berisi usus. Dia berkuasa di barat, berwujud seekor elang dan diawasi oleh Serket.

Qudshu (Qadesh) – Dewi cinta dari Suriah, pasangan dewa perang Reshep. Qudshu berasimilasi ke dalam pemujaan Mesir pada zaman Kerajaan Baru (1570-1069 SM). Dia adalah dewi kenikmatan seksual dan ekstasi suci yang diasosiasikan dengan Hahtor, Anat dan Astarte. Namanya berarti ‘Suci’ dan dia selalu digambarkan sebagai wanita telanjang bertubuh langsing yang menggenggam simbol-simbol erotisme dan kesuburan; bunga lotus di tangan kanan dan ular atau batang papirus di tangan kiri. Dia sangat dihormati di seluruh Mesir. Pemujaannya mengulang pernikahan suci antara Qudshu dan Reshep, sebuah ritual yang sejak lama diasosiasikan dengan Kultus Ishtar/Inanna di Mesopotamia dan Astarte di Fenisia.

Ra (Atum atau Re) – Dewa matahari agung Heliopolis yang pemujaannya menyebar ke seluruh Mesir hingga menjadi yang paling populer pada Dinasti Kelima (2498-2345 SM). Piramida Giza diasosiasikan dengan Ra sebagai penguasa tertinggi dan dewa pencipta yang menguasai negeri orang hidup dan orang mati. Dia mengemudikan perahu matahari melintasi langit pada siang hari, menunjukkan aspek lain dari dirinya dengan setiap gerakan matahari melintasi langit, dan kemudian menyelam ke dunia bawah pada malam hari di mana perahu matahari tersebut terancam oleh ular purba Apep (Apophis) dan harus dihalau oleh dewa-dewa lain dan jiwa-jiwa orang mati yang dibenarkan. Ra adalah salah satu dewa paling penting dan populer di Mesir. Bahkan ketika Dewa Amun menjadi terkenal, posisi Ra tidak berkurang dan dia bergabung dengan Amun menjadi Amun-Ra, dewa tertinggi.

Raettawy (Raet atau Rae-Tawy) – Dia adalah apek wanita dari Ra. Dia diasosiasikan dengan Hathor dan digambarkan sangat mirip dengan Hathor dengan uraeus di kepalanya yang menahan piringan matahari, terkadang dengan dua bulu di atas piringan tersebut.

Ra-Harakhte (Raharakty atau Ra-Harakhty) – Dewa elang yang merupakan amalgam dari Ra dan Horus yang juga personifikasi matahari di dua cakrawala, matahari terbit dan matahari terbenam. ‘Harakhte’ artinya ‘Horus dari Cakrawal’. Dia digambarkan sebagai laki-laki berkepala burung elang yang memakai piringan matahari sebagai mahkotanya.

Renpet – Dewi yang merupakan personifikasi tahun. Dalam inskripsi dia dilambangkan oleh dahan palem yang berlekuk yang menandakan berlalunya waktu, hiroglif untuk ‘tahun’. Meski dia tidak memiliki pemujaan atau kuil formal namun merupakan bagian yang integral dari pemahaman bangsa Mesir akan waktu: bahwa waktu, seperti yang lain-lain, memiliki kepribadian dan vitalitas.

Renenutet (Renenet atau Emutet) – Dewi yang sangat penting yang digambarkan sebagai ular kobra atau ular kobra yang tegak yang berkepala wanita. Namanya berarti ‘Ular yang Memelihara’ dan dia adalah dewi yang merawat dan membesarkan anak-anak. Pada waktunya dia dikaitkan erat dengan Meskhenet, dewi persalinan dan takdir, dan bahkan melampauinya dalam hal menentukan panjang umur seseorang dan kejadian-kejadian penting apa saja yang akan mereka alami. Bersama dengan Meskhenet, dia juga diasosiasikan dengan Neith dan terkadang digambarkan sebagai ibu Osiris, dengan Isis sebagai istri Osiris dan ibu Horus, sebagai istri atau pasangan Atum. Di dunia akhirat dia muncul sebagai ‘Wanita Pembenaran’, mengaitkannya dengan Dewi Ma’at. Dia juga dianggap melindungi pakaian yang dikenakan raja di dunia dunia akhirat sehingga juga dikenal sebagai ‘Wanita Jubah’. Dalam kapasitasnya ini dia muncuk sebagai ular kobra yang mengeluarkan napas api yang menghalau musuh-musuh raja. Dia jug adalah dewi biji-bijian yang dikenal sebagai ‘Wanita dari Padang yang Subur’ dan ‘Wanita dari Lumbung’ yang melindungi hasil panen dan ibu dari Nepri, dewa biji-bijian. Sebagai dewi kesuburan, dia dikaitkan lebih jauh dengan Sungai Nil dan air yang meluap, maka dia jug diasosiasikan dengan Hapi, dewa lumpur subur Sungai Nil.

Reret – Dewi pelindung berwujud kuda nil yang namanya berarti ‘Induk’. Dia dilambangkan dengan konstelasi Draco dan merupakan dewi pelindung perahu matahari dalam perjalanannya melalui dunia akhirat. Sebagai konstelasi, dia terkadang dikenal sebagai Reret-weret (‘Induk Agung’) dan disebut sebagai Wanita dari Cakrawala. Dia diasosiasikan dengan dewi Kuda Nil yang lebih terkenal, Taweret, dan sebagai dewi langit dan kekuatan pelindung, dengan Hathor dan Nut.

Reshep – Dewa perang dari Suriah yang berasimilasi ke dalam pemujaan Mesir pada periode Kerajaan Baru (1570-1069 SM). Di adalaah pasangan Qudshu (Qadesh), dewi kenikmatan seksual dan ekstasi suci, dan disembah bersama-sama dengan dewa kesuburan Min sebagai tiga serangakai. Pernikahan suci Qudshu dan Reshep dilakukan oleh para pengikutnya yang mengaitkan kultus ini dengan Inanna/Ishtar dari Mesopotamia yang juga mempraktikkan ritual yang sama. Reshep dikaitkan lebih jauh dengan Mesopotamia lewat ikonografinya dengan dewa perang Mesopotamia, Nergal. Sebagai dewa wabah, dia juga dikaitkan dengan Set, dewa kekacauan dan limbah kering. Reshep secara seragam digamabrkan sebagai pejuang kuat yang menggenggam tongkat perang dan mengenakan rok serta memiliki janggut panjang bergaya Mesopotamia.

Ruty – Dewa singa kembar yang melambangkan cakrawala timur dan barat. Nama mereka berarti ‘Sepasang Singa’. Mereka pada awalanya diasosiasikan dengan Shu dan Tefnut sebagai dewa langit dan pada akhirnya dikaitkan dengan Ra dan perahu mataharinya.

Sah – Dewa astral, personifikasi konstelasi Orion, biasanya dipasangkan dengan Sothis (Sopdet) sebagai representasi wujud astral Osiris dan Isis. Dia disebut sebagai ‘Ayah Para Dewa’ dari Teks Piramida dan merupakan aspek penting dalam ritual pemakaman di mana dia menyambut raja di dunia akhirat. Sah juga dikenal sebagai ‘Penghuni Orion’, Teks Piramida bab 186 menyambut jiwa, ‘Dalam nama Penghuni Orion, dengan satu musim di langit dan satu musim di bumi’ yang bisa dimngerti sebagai ‘dengan satu musim di langit setelah satu musim di bumi’/ dia digambarkan sebagai laki-laki yang menggenggam ankh dan tongkat was, berdiri di perahu yang dikelilingi bintang-bintang di langit malam.

Satis (satet atau Satiti) – Dewi dari perbatasan selatan antara Mesir dan Nubia yang diasosiasikan dengan Elephantine di wilayah Aswan. Namanya pertama kali muncul di toples batu di Saqqara yang terletak di dalam ruangan bawah Piramida Berundak Djoser (sekitar 2670 SM). Dia dianggap sebagai salah satu dewi paling tua dari Periode Pradinasti Mesir (sekitar 6000-3150 SM). Dia terkadang terlihat sebagai pasangan Khnum, dewa Sungai Nil di Elephantine yang dipercaya oleh bangsa Mesir sebagai asal muasal Sungai Nil dan diasosiasikan dengan Mata Ra dan Dewi Jauh dalam sebagian kisah di mana dia kembali dari tempat jauh untuk membawa transformasi. Dalam kapasitasnya ini, dia dikaitkan dengan luapan Sungai Nil. Dia juga dikaitkan dengan Sothis (Sopdet), personifikasi dari bintang Sirius, yang penaampakkannya di langit malam menandakan adanya luapan air sungai. Dia digambarkan sebagai wanita yang memakai Mahkota Putih Mesir Hulu dengan tanduk antelop.

Sebiumeker – Dewa pelindung yang merupakan dewa utama di Meroe, Kush sebagai dewa reproduksi dan kesuburan. Sebiumeker diasosiasikan dengan Atum sebagai dewa pencipta dan kemungkinan adalah dewa tertinggi di panteon wilayah yang sekarang menjadi Sudan. Patungnya, bersama dengan dewa bernama Tabo, sering ditemukan di dekat pintu sehingga timbul interpretasi bahwa dia adalah dewa penjaga; namun mungkin juga bukan. Penempatannya di dekat pintu kemungkinan memiliki arti yang berhubungan dengan transformasi, terutama saat diletakkan di pintu kuil.

Sed – Dewa jakal kuno yang namanya pertama kali muncul di Batu Palermo dari Dinasti Kelima (2498-2345 SM) namun kungkinan besar lebih tua dari itu. Dia adalah pelindung posisi raja dan raja. Dia memimpin Festival Sed (juga dikenal sebagai Festival Heb-Sed) yang diselenggarakan setiap tiga puluh tahun masa pemerintahan raja untuk meremajakannya. Pada akhirnya dia diserap oleh Wepwawet atau kemungkinan Wepwawet (yang namanya berarti ‘Pembuka Jalan’) adalah salah satu epitet Sed yang menjadi lebih populer. Sebagai pelindung raja yang suci, Sed diasosiasikan dengan keadilan sehingga dia juga dikaitkan dengan Dewi Ma’at.

Sefkhet-Abwy (Safekh-Aubi) – Lihat Seshat

Sekhmet – Salah sat dewi paling penting di Mesir kuno. Sekhmet adalah dewi singa yang biasanya digambarkan sebagai seorang wanita berkepala singa. Namanya berarti ‘Kuat’ dan biasanya diinterpretasikan sebagai ‘Wanita yang Kuat’. Dia adalah dewi penghancuran dan kesembuhan, dewi angin gurun dan angin sejuk. Dia adalah putri Ra yang muncul dalam salah satu cerita paling penting mengenai Mata Ra/Dewi Jauh. Ketika Ra sudah lelah dengan dosa-dosa umat manusia, dia mengirimkan Sekhmet untuk menghancurkannya. Sekhmet memporak-porandakan dunia sampai dewa-dewa lainnya memohon pada Ra untuk menghentikan Sekhmet sebelum seluruh manusia benar-benar musnah. Ra memiliki sebuah gentong berisi bir yang diwarnai merah untuk menarik perhatian Sekhmet yang sedang haus darah dan meninggalkan gentong itu di Dendera. Sekhmet meminumnya dan tertidur nyenyak; ketika terbangun dia menjadi Hathor yang murah hati. Sekhmet terus eksis dalam wujud singanya dan merupakan dewi pelindung militer karena kekuatan penghancur dan pembalasnya. Dia dikenal sebagai ‘Pemukul dari Nubia’ untuk hal ini namun dia juga membawa bencana alam. Wabah dianggap sebagai ‘Utusan Sekhmet’ atau ‘Pembantai Milik Sekhmet’. Dengan cara yang sama dia membawa angin gurun, dia juga bisa menghalaunya, begitu juga dengan wabah; sebagai pembawa wabah, dia juga menyembuhkannya sehingga juga dikenal sebagai ‘Wanita Pemberi Kehidupan’ karena perannya ini (dia juga sering dipanggil dalam mantra-mantra dan jampi-jampi penyembuhan oleh dokter-dokter kuno). Dia berkaitan erat dengan dewa singa yang lainya seperti Bastet dan Pakhet; dia juga diperkirakan sebagai aspek yang agresif dan kasar dari Dewi Mut.

Sepa – Dewa pelindung berwujud lipan berkepala keledai atau tanduk; dikenal sebagai ‘Lipan Horus’. Dia dipuja sebagai dewa yang melindungi orang dari gigitan ular dan bentuk lain Sepa dihormati pada Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM). Dia memiliki kuil di Helopolis di mana dia diasosiasikan dengan Osiris dalam wujud mumi yang melambangkan kekuatan pelindungnya di dunia akhirat.

Serapis – Dewa gabungan yang diciptakan oleh Ptolemy I Soter (memerintah 323-283 SM), penguasa pertama Dinasti Ptolemaik (2323-30 SM), dinasti terakhir yang berkuasa di Mesir sebelum akhirnya jatuh ke tangan Roma. Serapis adalah gabungan dari Osiris dan Apis, namun sifat dan atributnya merupakan gabungan dari dua dewa Mesir dengan dewa Yunani Zeus, Helios, Dionysus, Hades dan Asklepius. Serapis adalah dewa tertinggi yang disembah di Serapeum yang terkenal di dekat Perpustakaan Aleksandria. Ptolemy I berniat untuk menciptakan masyarakat yang multi-kultur seperti yang dicita-citakan oleh mendiang pemimpin dan teladannya, Aleksander Agung dan Serapis adalah komponen yang penting. Serapis adalah perpaduan sempurna antara cita-cita Mesir dan Yunani yang cocok dengan jenis masyarakat yang didukung oleh Ptolemy I.

Seret – Dewi singa pelindung yang kemungkinan berasal dari Libya. Dia hanya disebutkan dalam inskripsi pada Dinasti Kelima (2498-2345 SM) sebagai dewi dari sebuah wilayah di Mesir yang penghuninya sebagian besar adalah bangsa Libya – nome (provinsi) Mesir Hilir ke-3. Seperti dewa singa lainnya, dia melindungi para pengikutnya dengan garang dan membalas perlakuan buruk yang mereka terima.

Serket (Selket, Serqet atau Serkis) – Dia adalah dewi pelindung dan juga dewi pemakaman yang penting yang kemungkinan berawal dari Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) dan pertama kali disebut pada Dinasti Pertama Mesir (sekitar 3150-2890 SM). Dia paling dikenal dari patung emasnya yang ditemukan di keuburan Tutankhamun. Serket adalah dewi kalajengking yang digambarkan sebagai wanita dengan seekor kalajengking di kepalanya dan lengan menjulur dalam pose melindungi. Kemungkinan Serket adalah Dewi Ibu yang awal yang berevolusi menjadi dewi yang melindungi orang-orang (terutama anak-anak) dari bisa kalajengking dan kemudian menjadi dewi yang melindungi dari segala macam bisa. Sebuah cerita yang dikenal sebagai Isis dan Tujuh Kalajengking menceritakan bagaimana Isis dihina oleh seorang wanita kaya dan Serket, yang mengutus ketujuh kalajengkingnya untuk melindungi Isis, memerintahkan salah satu kalajengking tersebut untuk menyengat putra wanita itu. Anak laki-laki itu akan mati karena bisa kalajengking namun Isis menyelamatkannya dan memaafkan wanita itu. Setelahnya, Serket mengikuti tindakan Isis yang pemaaf dan melindungi anak-anak lain dari kalajengking. Pendetanya sebagian besar adalah tabib yang memanggil namanya saat sedang menyembuhkan. Di dunia akhirat dia membimbing jiwa-jiwa orang mati ke surga dan menjaga bagian perjalanan yang berbahaya. Bersama-sama dengan Isis, Neith dan Nephthys, dia mengawai Empat Putra Horus yang menjaga isi tubuh mereka yang sudah mati di kuburan.

Seshat (Sefkhet-Abwy atau Safekh-Aubi) – Dia adalah dewi tulisan, buku, catatan dan pengukuran. Namanya berarti ‘Perempuan Juru Tulis’ dan dia adalah pasangan Thoth, dewa kebijaksanaan dan tulisan (meski terkadang dia digambarkan sebagai putrinya). Dia adalah dewi pelindung perpustakaan, baik perpustakaan umum dan pribadi, dan juga dikenal sebagai ‘Dia yang Terutama di Rumah Buku’. Dia juga adalah dewi pelindung para juru tulis. Sebagai dewi pengukuran, dia memastikan bahwa raja diukur dengan tepat saat menugaskan pembangun kuil dan monument serta membantu raja dalam pengukuran untuk keperluan ritual. Dia pertama kali disebutkan pada Dinasti Kedua (sekitar 2890-2670 SM) sebagai pembantu Raja Khasekhemwy. Asosiasinya dengan pengukuran membuatnya menjadi dewi pelindung tulang bangunan, arsitek dan mereka yang berurusan dengan pencatatatn hewan ternak, hewan lain dan tahanan perang. Meksipun dia tidak memiliki kuil pemujaannya sendiri, seperti yang dicermati oleh R.H. Wilkinson, ‘berkat perannya dalam upacara peletakan fondasi, dia adalah bagian dari setiap bangunan kuil’ (167). Dia digambarkan sebagai seorang wanita yang mengenakan kulit macan tutul di atas jubah dan mengenakan ikat kepala, memegang sebatang tongkat dengan bintang di puncaknya. Dia menggenggam alat tulis di tangan kanannya dan batang palem melengkung yang melambangkan berlalunya waktu di tangan kirinya.

Set (Seth) – Dewa perang, kekacauan, badai dan wabah. Namanya diterjemahkan sebagai ‘Pembawa Kekacauan’ dan ‘Penghancur’. Dia digambarkan sebagai seekor binatang merah berkuku belan dan ekor bercabang. Set merupakan model awal untuk ikonografi Iblis Kristen. Set pada awalnya adalah dewa pahlawan yang mengusir ular Apep (Apophis) dari perahu matahari dan membunuhnya setiap malam. Dia adalah dewa gurun yang membawa angin jahat dari tempat-tempat kering ke Lembah Nil yang subur dan diasosiasikan dengan negeri-negeri dan bangsa asing. Pasanganya adalah Anat adan Astarte, keduanya merupakan dewi yang diasosiasikan dengan perang dan keduanya berasal dari negeri asing, serta Taweret, dewi pelindung yang lembut, dewi persalinan dan kesuburan. Set sering digambarkan bersifat “jahat” dan memang menunjukkan perilaku-perilaku jahat, namun dia tidak dianggap sebagai perwujudan kejahatan atau kegelapan oleh bangsa Mesir. Dia dipandang lebih sebagai penyeimbang untuk dewa-dewa seperti Osiris dan Horus yang melambangkan semua hal yang baik dan terpuji, kesuburan, vitalitas dan keabadian. Set paling dikenal sebagai pembunuh pertama di dunia dalam Mitos Osiris, di mana dia membunuh saudara laki-lakinya untuk mengambil alih takhta. Isis membangkitkan lagi Osiris, namun karena Osiris tidak lagi utuh, dia turun ke dunia dunia akhirat sebagai Penguasa Dunia akhirat. Isis melahirkan putra Osiris, Horus, yang tumbuh untuk menantang Set demi takhta. Pertarungan mereka, yang berlangsung selama delapan puluh tahun, dideskripsikan di dalam teks Persaingan Horus dan Set. Dalam salah satu versi, pertarungan ini diselesaikan oleh Isis, sementara dalam versi lain oleh Neith, dengan Horus dideklarasikan sebagai raja yang sah dan Set dibuang ke gurun.

Shay (Sai) – Personifikasi takdir. Shay bernaung di takdir seseorang dan diasosiasikan dengan dewi-dewi, seperti Meskhenet dan Renetutet. Mirip dengan Moirai dari Yunani, tidak ada yang bisa menentang keputusan Shay. Akademisi Wilkinson mengutip sebuah teks yang dikenal sebagai Petunjuk-Petunjuk Amenemopet yang menyatakan, “Tidak ada satu pun yang bisa mengabaikan Shay” (128). Pernyataan ini melambangkan sifat utama Shay: tak terelakkan. Dia digambarkan sebagai makhluk yang hadir saat penimbangan jantung jiwa di dunia akhirat atau sebagai seorang pria yang berdiri dalam sikap bersabar. Selama Dinasti Ptolemaik (323-30 SM), ketika dewa-dewi Mesir dihelenisasi – dibuat menjadi Yunani – dia dikenal sebagai Agathodaimon, dewa ular yang mampu memberitahukan masa depan seseorang.

Shed – Dewa pelindung yang melindungi dari serangan binatang liar atau musuh bebuyutan. Dia dipanggil oleh para pemburu dan prajurit serta dikenal sebagai ‘Dia yang Menyelamatkan’ dan ‘Sang Perapal’. Dia adalah penguasa huwan-hewan liar dan senjata, sehingga dia bisa menguasai kedianya untuk melindungi seseorang yang memanggil namanya. Dia juga diandalkan untuk perlindungan dari mantra sihir yang dikirimkan musuh dan kemungkinan juga dari iblis dan hantu. Dia digambarkan sebagai seorang pemuda dengan kepala tercukur kecuali bagian cambangnya yang menandakan kemudaannya, dia juga membawa tabung berisi anak panah. Dia sering mencengkeram ular pada kepalanya seolah hendak meremukkannya. Pada akhirnya atributnya diserap oleh Horus meskipun dia masih dihormati oleh orang-orang di rumah-rumah mereka dan lewa jjimat-jimat.

Shentayet – Dewi pelindung yang namanya berarti ‘Janda’ dan diasosiasikan dengan aspek Isis yang kehilangan suaminya dan kemudian membangkitkannya lagi. Aspek ini disebut sebagai Isis-Shentayet. Ada kemungkinan dipanggil sebagai pelindung para janda namun jarang ada referensi tentang Shentayet dan Isis sudah mengisi peran tersebut sebagai mana Isis mengisi peran lainnya.

Shepet – Dewi pelindung yang merupakan aspek dari Dewi Reret atau Taweret yang disembah di Dendera. Dalam ikonografi dia muncul sebagai salah satu dari kedua dewi tersebut tapi dengan kepala buaya.

Shesmetet – Dewi singa pelindung yang dikenal sebagai ‘Wanita dari Punt’ yang kemungkinan besar merupakan dewi besar yang dibawa ke Mesir lewat perdagangan dengan Punt. Dia secara umum dianggap sebagai aspek dari Bastet atau Sekhmet tapi ada kemungkinan dia adalah dewi yang lebih tua yang atributnya kemudian diserap dewi-dewi singa yang belakangan. Namanya disebut sejak Dinasti Pertama (sekitar 3150-2890 SM) dan dikaitkan dengan ikat pinggang Shesmetet, sabuk manik-manik yang dikenakan oleh raja-raja pada zaman itu. Dia digambarkan sebagai seorang wanita berkepala singa.

Shezmu – Dewa minuman anggur dan kemudian parfum dan yang lain-lain yang merupakan personifikasi aspek-aspek postif dan negative kemabukan. Shezmu digambarkan dalam Teks Piramida 403 sedang membunuh dan memasak pada dewa untuk kesenangan raja dan pada Kerajaan Tengah (2040-1782 SM) terlihat sedang menyiksa jiwa-jiwa orang mati saat dia ‘menjerat orang-orang terkutuk dan mengurung mereka untuk disembelih, meremas kepala mereka seperti buah anggur dalam gambar penghancuran berdarah’ (Wilkinson, 129). Citranya diperhalus oleh dewa-dewa lain yang menunjukkan sisi lembut dan cinta damainya sebagai dewa pemeras anggur dan lebih diperhalus lagi saat dia diasosiasikan dengan minyak wangi dan parfum.

Shu – Dewa udara purba yang namanya berarti ‘Kekosongan’. Dia lahir pada saat permulaan penciptaan oleh Atum (Ra) dan dikirim untuk menciptakan dunia bersama dengan saudarinya Tefnut (dewi embun). Mereka berdua pergi begitu lama sehingga Atum merindukan mereka dan mengirmkan matanya (Mata Ra) untuk mencari mereka. Ketika mereka kembali bersama matanya, Atum sangat bahagia hingga menangis dan dari air matanya terciptalah manusia. Shu dan Tefnur kemudian kawin dan melahirkan Geb (bumi) dan Nut (langit) yang dipisahkan Atum sehingga terciptalah tempat tinggal untuk manusia. Kabut diatributkan pada Shu sebagai ‘Danau Shu’ dan awan sebagai ‘Tulang Shu’. Dia juga diasosiasikan dengan cahaya dan kecemerlangan; dalam hal ini dia dikaitkan dengan Thoth dan Khonsu, yang keduanya diasosiasikan dengan bulan, karena cahaya bulan.

Sia – Personifikasi dari persepsi dan perhatian yang melambangkan hati (tempat emosi, pikiran dan karakter). Sia membentuk sebuah dua serangkai dengan Hu (mewakili lidah), personifikasi otoritas kata-kata yang diucapkan, dan tiga serangkai dengan Hu dan Heka, dewa sihir dan obat-obatan namun juga merupakan kekuatan purba di semesta yang memberikan kekuatan pada hidup dan menyokong ma’at. Sia melambangkan kecerdasan sementara Hu melambangkan kata dari Ptah (atau Atum) yang mewujudkan pikiran menjadi kenyataan dan Heka adalah kekuatan mendasar yang memperkuat mereka. Sia digambarkan sebagai seorang pria yang berdiri di sebelah kana Prah (kemudian, Atum/Ra) dan memegang gulungan papirus. Di Lembah Para Raja dia terlihat dalam lukisan-lukisan sebagai awak perahu matahari Ra.

Sobek – Dewa pelindung penting yang berwujud seekor buaya atau pria berkepala buaya. Sobek adalah dewa air tapi juga diasosiasikan dengan obat-obatan dan terutama operasi. Namanya berarti ‘Buaya’ dan dia adalah penguasa rawa-rawa dan lahan basah dan wilayah-wilayah berair lain di Mesir. Dalam Teks PIramida dia disebut sebagai putra Neith dan dipuja secara luas sejak Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM). Sebagai dewa dari lahan-lahan basah dia diasosiasikan dengan kesuburan dan reproduksi dan sebagai dewa buaya dia juga diasosiasikan dengan kematian tiba-tiba. Disebutkan bahwa dia memisahkan para istri dari suami-suami mereka sesuka hati. Sobek tinggal di gunung mistis di cakrawala di mana dia memerintah dan oleh sebab itu dia dikaitkan dengan otoritas raja, karena dia sendiri adalah penguasa wilayah. Hubungannya dengan cakrawala mengasosiasikan Sobek dengan Ra dan menghasilkan salah satu wujud Ra yang dikenal sebagai Sobek-Ra. Sobek adalah salah satu dewa Mesir kuno yang paling dikenal dan sangat populer pada masanya. Pendeta-pendetanya memelihara buaya hidup di kuil-kuil yang diberi makan daging terbaik dan diperlakukan lebih baik daripada manusia pada masa itu. Ketika buaya-buaya ini mati mereka dijadikan mumi dan dikubur dengan perhatian yang sama dengan yang diberikan pada manusia. Sobek juga diasosiasikan dengan Sungai Nil yang konon merupakan keringat Sobek.

Sokar (Seker) – Dewa elang pelindung Memphis yang awalnya adalah dewa pertanian dan salah satu yang tertua di Mesir. Festivalnya adalah salah satu festival paling awal yang dirayakan dan, digabung dengan Festival Khoiak milik Osiris, terus dirayakan sepanjang sejarah Mesir. Sokar berevolusi dari dewa pertanian dan pertumbuhan menjadi dewa kerajinan dan pelindung nekropolis Memphis setelah Osiris menjadi lebih populer. Sokar sering digambarkan sebagai gundukan makam yang dikelilingi oleh kepala elang, sebagai elang atau sebagai pria berkepala elang. Dia diasosiasikan dengan dunia akhirat sebagai pelindung gerbang masuk ke dunia akhirat dan sebagai dewa yang membawa jiwa raja yang sudah meninggal di dalam perahunya menuju surga. Pada akhirnya, dia diasosiasikan dengan Ptah dan kemudian dengan Osiris dan akhirnya bergabung menjadi Ptah-Sokar-Osiris pada Kerajaan Tengah (2040-1782 SM) yang merupakan dewa pemakaman gabungan yang memerintah di dunia akhirat.

Sopdu (Soped atau Sopedu) – Dewa pelindung perbatasan timur Mesir yang menjaga pos-pos terdepan dan para prajurit di perbatasan. Dia digambarkan sebagai seekor elang dengan sebuah cambuk di atas sayap kanannya atau sebagai pria berjanggut yang mengenakan mahkota dengan dua bulu. Sopdu diasosiasikan dengan Horus dan raja yang didewakan dalam wujud astralnya. Wilkinson menulis. “Raja yang wafat, dalam perannya sebagai Osiris-Orion, konon menghamili Isis sebagai Sothis sang bintang dan untuk menciptakan Horus-Sopdu” (211). Di bumi, dia memastikan sumber daya yang layak mencapai garnisun-garnisun di perbatasan timur serta membantu raja mengontrol populasi penduduk asli di wilayah-wilayah tersebut.

Sothis – Personifikasi bintang Sirius (‘bintang anjing) yang kemunculannya menandakan banjir tahunan Sungai Nil. Dia disembah sebagai dewi sapi pada Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) yang diasosiasikan dengan Sirius. Dia adalah pasangan Sah, yang merupakan personifikasi dari rasi bintang Orion; keduanya diasosiasikan dengan Osiris dan Isis. Dalam perannya ini, Sothis adalah ibu Sopdu, maka perlindungan pun diajukan pada Sothis. Dia juga diasosiasikan dengan Satis yang dikaitkan dengan luapan Sungai Nil sebagai pasangan dari Khnum. Gambaran awal Sothis memperlihatkannya sebagai sapi betina dengan tanaman di antara tanduknya, sementara gambaran yang belakangan sebagai wanita yang mengenakan Mahkota Putih Mesir Hulu dengan tanduk di kepalanya atau bulu-bulu dengan pentakel di atas kepalanya. Dia menjadi lebih diidentifikasi dengan Isis dan pada akhirnya diserap ke dalam Isis seutuhnya. Isis menyebut dirinya sendiri sebagai Sothis dalam salinan teks dari Ratapan Isis dan Nephthys dari Dinasti Ptolemaik (323-30 SM) yang memperlihatkan asimilasi yang hampir sempurna.

Sutekh – Nama Semit untuk Dewa Set (Seth) yang diperkenalkan oleh bangsa Semit yang disebut bangsa Hyksos pada Periode Peralihan Kedua (sekitar 1782-1570 SM). Bangsa Hyksos mengidentikkan Set dengan dewa perang mereka Ba’al. Set disebut sebagai Sutekh selama masa pemerintahah Ramesess II (1279-1213 SM) dan dipanggil namanya sebagai penjaga garis depan dalam perang.

Ta-Bitjet – Dewi pelindung, terutama melindungi dari gigitan dan sengatan berbisa. Dia sering dipanggil namanya dalam mantra-mantra penyembuh dan diasosiasikan dengan Dewi Serket. Pada akhirnya dia diserap oleh Isis.

Tasenetnofret – Dewi pelindung dari Kom Ombo yang namanya berarti ‘Saudari yang Baik’ atau ‘Saudari yang Cantik’. Dia adalah manifestasi lokal dari Dewi Hathor, pasangan Horus, dan ibu dari Panebtawy.

Tatenen – Dewa bumi personifikasi dari bukit purba pada saat penciptaan dan melambangkan negeri Mesir. Kemungkinan besar dia adalah dewa yang sama yang disebut sebagai Khenty-Tienenet pada periode Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM). Dia disembah di Memphis selama masa Kerajaan Tengah (2040-1782 SM) dan terus dihormati, terutama di wilayah tersebut, sepanjang sejarah Mesir. Asosiasinya dengan bukit purba menghubungkannya dengan Ptah dan, lewat Ptah, dengan Atum dan Ra, nama-nama lain untuk dewa pencipta/dewa matahari. Tatenen adalah dewa biseksual, disebut sebagai ‘Ibu Semua Dewa’ dalam salah satu teks.

Taweret (Tauret) – Dewi pelindung berwujud kuda nil yang merupakan dewi kuda nil paling terkenal dari Mesir kuno dan diasosiasikan dengan Isis dan Hathor. Taweret adalah dewi persalinan dan kesuburan yang sangat populer di sepanjang sejarah Mesir. Namanya dipanggil secara reguler untuk melindungi anak-anak dan untuk menolong selama kehamilan dan persalinan. Bangsa Mesir kuno mengamati bahwa induk kuda nil sangat protektif terhadap anak-anaknya sehingga menciptakan wujud dewi. Kuda nil jantan sangat agresif dan dianggap sebagai salahs atu hewan paling berbahaya di Mesir sehingga kuda nil jantan diasosiasikan dengan Dewa Set, yang menghasilkan penggambaran Taweret sebagai pasangan Set; meskipun dewa dan dewi ini tidak memiliki persamaan apapun. Taweret sangat diasosiasikan dengan Hathor dan disebut sebagai ‘Pengikut Horus’ yang keduanya menjauhkan Taweret dari Set. Dia lebih jauh diidentikkan sebagai pasangan Bes, dewa kurcaci untuk persalinan, seksualitas, humor dan perang. Seperti Bes, Taweret bisa dilihat sebagai perabotan rumah tangga seperti mebel, kotak kosmetik, panci, sendok dan gambar-gambar yang melambangkan kesuburan di dalam rumah.

Tayet (Tait) – Dewi penenun yang menyediakan pakaian untuk raja. Dia disembah sejak periode Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM) di mana dia dilambangkan sebagai pelindung kepala raja, menjaga raja setelah kematian, mengumpulkan tulang-tulang raja dan meyakinkan bahwa raja akan disambut oleh para dewa di dunia dunia akhirat. Dia kemudian diasosiasikan dengan pembalseman dan konon dia menenun kain untuk tenda-tenda pembalseman serta kain perban untuk membalut mumi yang dikenal sebagai ‘perban dari tangan Tayet’ sehingga membuatnya diasosiasikan dengan Nephthys.

Tefnut – Dewi embun, saudari Shu, putri Atum (Ra) pada penciptaan dunia. Shu dan Tefnut adalah dewa-dewi pertama yang diciptakan Atum baik dengan cara kawin dengan bayangannya sendiri atau dengan cara meludah. R.H. Wilkinson mencatat bahwa nama Tefnut melambangkan suara sedang meludah dan dia sering digambarkan ‘oleh sepasang bibir, meludah, di teks-teks akhir’ (183). Dia adalah dewi atmosfer dunia bawah, bumi, seperti halnya Shu adalah dewa atmosfer atas di atas bumi. Tefnut adalah ibu Geb (bumi) dan Nut (langit) yang lahir agar umat manusia memiliki tempat untuk ditinggali. Tefnut paling sering digambarkan sebagai seorang wanita berkepala singa yang duduk atau seekor ular berkepala singa.

Tenenit (Tenenet atau Tjenenet) – Dewi minuman bir, pembuatan bird an persalinan. Namanya berasal daru ‘tenemu’ yang artinya ‘bir’. Dia adalah pasangan Dewa Montu dan diasosiasikan dengan Meskhenet sebagai dewi persalinan raja. Dia adalah dewi pelindung para pembuat bir.

Tetrads – Representasi dari keutuhan yang terkadang berkorespondensi dengan empat titik mata angin dan diwakili oleh Empat Putra Horus. Keseimbangan adalah konsep yang penting bagi bangsa Mesir kuno dan angka-angka dua, empat dan delapan merupakan representasi dewa yang signifikan (seperti halnya tiga, enam dan Sembilan). Setiap dewa memiliki lawan wanitanya atau aspek femininnya, keempat dewi: Isis, Neith, Nephthys dan Serket mengawasi Empat Putra Horus; dan Ogdoad adalah kelompok delapan yang memiliki substansi penciptaan.

Thoth – Dewa tulisan dan kebijaksanaan, kebenaran dan integritas. Thoth adalah salah satu dewa yang paling penting dalam panteon Mesir yang disembah sejak Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) hingga Dinasti Ptolemaik (323-30 SM), penguasa terakhir Mesir. Kemungkinannya dia awalnya adalah dewa bulan, putra dari Atum (Ra) namun teks-teks yang ada belakangan menggambarkan Thoth sebagai putra Horus. Dalam beberapa teks, Thoth digambarkan sebagai seekor kera babon tapi lebih sering sebagai laki-laki berkepala burung ibis yang menggenggam peralatan menulis. Dia dikreditkan sebagai penemu tulisan dan merupakan tukang catat para dewa. Dia dikenal sebagai ‘Penguasa Waktu’ dan ‘Penghitung Tahun’ karena dia menandai berlalunya waktu dan, lewat sihir yang kuat dari pengetahuan ilahinya tentang kata-kata, memberikan raja masa kekuasaan yang panjang sehingga raja bisa mempertahankan tatanan di bumi. Thoth adalah dewa pelindung perpustakaan dan para juru tulis. Dalam setiap cerita yang menceritakan tentang Thoth, Thoth adalah sahabat dan penolong manusia yang memberikan pemahaman pada mansia lewat berkah berupa tulisan. Dia muncul dalam satu cerita di mana dia bertaruh untuk memenangkan lima hari yang dibutuhkan oleh Nut untuk melahirkan anak-anaknya – yang nantinya akan menjadi Lima Dewa Pertama – dan di cerita lain sebagai penengah untuk para dewa dan pengantar pesan. Di dunia dunia akhirat Thoth berdiri dengan Osiris dan mencatat di Aula Kebenaran pada saat situal Penimbangan Jantung. Pasangannya adalah Seshat, putrinya atay istrinya yang merupakan lawan wanitanya dan juga pelindung perpustakaan dan buku-buku.

Tjenenyet – Dewi pelindung dari Dinasti ke-12 (1991-1802 SM) yang kemungkinan sudah disembah pada waktu sebelumnya. Dia adalah pasangan Dewa Montu dan terutama disembah di Hermonthis (Armant) dekat Thebes.

Tiga Serangkai – Kelompok-kelompol penting yang terdiri dari tiga dewa atau dewi, biasanya dewa-ayah, dewi-ibu dan dewa-anak; yang paling dikenal adalah Tiga Serangkai dari Thebes: Amun, Mut dan Khons serta Tiga Serangkai dari Abydos: Osiris, Isis dan Horus. Ada contoh-contoh tiga serangkai lainnya yang tidak mengikuti pola di atas seperti Tiga Serangkai Amun-Ra-Ptah, di mana ketiga dewa ini melambangkan kekuatan langit yang sama (matahari). Tiga Serangkai juga terlihat dalam penggambaran dunia akhirat di mana dewa berkepala biri-biri jantan, singa dan jakal dikelompokkan bersama.

Tutu – Dewa pelindung yang dikenal sebagai ‘Dia yang Menjauhkan Musuh’. Dia disembah pada bagian akhir dalam sejarah Mesir. Dia menghalau iblis dan sihir hitam. Tutu digambarkan sebagai seekor singa berkepala laki-laki yang sedang berjalan, bersayap lebar, dan ular sebagai ekornya.

Uat-Ur – Personifikasi Laut Mediterania. Lihat Wadj-Wer.

Uajyt (Wadjet atau Uto) – Diasosiasikan dengan Nekhbet, dewi pelindung dari Mesir Hilir. Dia digambarkan sebagai seekor ular berkepala wanita. Dia adalah aspek dari Wadjet, saudari Nekhbet, dalam penggambaran terakhir dari Mesir Hilir.

Unut (Wenet atau Wenut) – Dewi pelindung yang disembah di Hermopolis dan dikenal sebagai ‘Dia yang Gesit’. Dia digambarkan sebagai seorang wanita berkepala kelinci atau seekor ular berkepala kelinci dan sering disebut ‘dewi kelinci’. Dia diasosiasikan dengan Dewa Wenenu yang digambarkan sebagai seorang pria berkepala kelinci dan merupakan aspek dari Osiris atau terkadang Ra. Unut terutama dikenal dari jimat-jimat yang memuat gambarnya.

Wadjet – Dewi pelindung besar, pelindung Mesir Hilir; salah satu dewi paling tua dalam panteon Mesir, dilambangkan dengan ular kobra yang tegak yang menjadi simbol untuk raja (uraeus). Dia juga disebut sebagai Uajyt dalam wujud agresifnya dan merupakan tandingan Nekhbet, saudairnya, yang keibuan. Wadjet disembha sebagai dewi yang penting pada Periode Pradinasti (sekitar 6000-3150 SM) dan pada Periode Awal Dinasti (sekitar 3150-2613 SM) merupakan dewi tertinggi di Mesir Hilir yang sering digambarkan dengan Nekhbet yang mewakili Mesir Hulu. Wadjet adalah putri rad an salah satu dewi yang muncul dalam kisah-kisah tentang Mata Ra. Pada permulaan penciptaan dia dikirim oleh Ra sebagai matanya untuk menemukan Shu dan tefnut ketika mereka pergi untuk menciptakan dunia. Wadjet menanam rumput papirus yang pertama, menghamparkan ladang-ladang papirus di Delta Nil dan membantu Isis membesarkan Horus di sana ketika mereka sedang bersembunyi dari Set. Salah satu gelarnya adalah Weret-Hekau yang berarti ‘Hebat dalam Sihir’ dan dia sering dipanggil namanya untuk perlindungan dari iblis, kesialan atau hantu-hantu.

Wadj-Wer (Uat-Ur) – Personifikasi Laut Mediterania yang namanya berarti ‘Hijau Besar’. Studi yang terakhir mengubah pandangan tradisional mengenai dewa ini dan sekarang dia dipercaya sebagai personifikasi dari danau, rawa dan laguna di wilayah Delta di dekat Mediterania. Wilkinson mencatat inskripsi yang merujuk pada "menyeberangi lapangan hijau" dengan berjalan kaki yang menunjukkan penyeberangan darat melalui wilayah Delta, bukan melalui laut. Ia disembah sejak Kerajaan Lama (sekitar 2613-2181 SM) dan terus menjadi referensi sepanjang sejarah Mesir, terutama melalui jimat pelindung dan prasasti makam.

Wanita Akasia – Salah satu nama untuk Dewi Iusaaset, ‘Nenek Para Dewa’. Kemudian diberikan pada Hathor.

Wanita Sycamore – Salah satu nama untuk Hathor yang dipercaya tinggal di dalam pohon sycamore yang merupakan pohon suci dalam pemujaannya.

Waset (Wosret) – Dewi pelindung kota Thebes yang namamya berarti ‘Wanita yang Kuat’. Dia adalah personifikasi dari kota yang yang juga dikenal sebagai Waset. Awalnya dia adalah aspek dari Hathor namun muncul dengan ikonografi dan karakternya sendiri yang berbeda pada masa Kerajaan Tengah (sekitar 2040-1782 SM). Dia digambarkan sebagai seorang wanita yang memegang tongkat Was dan ankh, serta sebatang tongkat yang dihias pita-pita, namun dia juga digambarkan dengan busur dan anak panah dan kapak yang melambangkan kekuatan militer Thebes.

Weneg - Dewa pelindung, aspek dari Osiris atau terkadang Ra, pasangan Unut. Dia digambarkan sebagai pria berkepala kelinci.

Wepset – Dewi pelindung yang namanya berarti ‘Dia yang Membakar’ yang menghancurkan musuh-msuh Osiris. Dia biasanya dilambangkan sebagai seekor ular namun kemudian sebagai seorang wanita yang memakai uraeus dengan tanduk dan piringan matahari di atasnya. Dia muncul dalam kisah-kisah seputar Mata Ra dan merupakan salah satu personifikasi Dewi Jauh, di mana Mata Ra pergi dari sang dewa dan dikembalikan, atau kembali dengan sendirinya, sambil membawa transformasi.

Wepwawet (Wepiu atau Wepuaut) – Salah satu dewa Mesir yang paling purba dan merupakan penggambaran paling tua dari dewa jakal, mendahului Anubis, yang sering tertukar dengannya. Namanya berarti ‘Pembuka Jalan’ dan arti namanya ini sudah diinterpretasikan sebagai pembuka jalan untuk raja dalam pertempuran, pembukan jalan menuju dunia akhirat dan pembuka jalan pada saat kelahiran. Dia digambarkan di Palet Narmer (sekitar 3150 SM) dan diasosiasikan dengan Wadjet. Pada akhirnya dia dikaitkan erat dengan Horus dan, sebagai Wepwawet-Ra, dengan dewa matahari Ra. Dia digambarkan sebagai seekor jakal, terkadang mengenakan selempang dengan seekor elang di depannya.

Werethekau (Weret-Hekau) – Dewi pelindung yang penting atau, leih sering, sebuah epitet yang digunakan untuk dewi lain seperti Isis. Namanya berarti ‘Sihir Hebat’ serta diasosiasikan dengan uraeus dan mahkota dari Mesir Hilir. Wadjet dikenal sebagai Weret-Hekai, begitu pula dengan Isis, namun nama ini tampaknya juga mengacu pada dewi pelindung yang lebih spesifik yang digmabarkan sebagai ular yang tegak; meski bgitu hal ini bisa jadi hanya Wadjet dalam wujud agresifnya.

Yam – Dewa laut dari Fenisia yang memerangi Dewa Ba’al demi kuasa atas dunia. Dia memasuki panteon Mesir lewat perdagangan dan muncul dalam mitologi Mesir lewat pertarungannya melawan Set. Yam adalah personifikasi dari laut yang mengamuk dan sangat ditakuti. Dia tidak memiliki kuil yanh didirikan dalam namanya namun dia disebut di dalam beberapa manuskrip yang mengindikasikan dia adalah kekhawatiran bagi para pelaut yang kemungkinan memakai jimat bergambar Yam sebagai perlindungan.

Zenenet – Nama lain untuk Isis di kota Hermonthis (sekarang Armant) di dekat Thebes.

Dewa-dewi Mesir Kuno adalah dewa dan dewi yang disembah pada masa Mesir Kuno. Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno menyembah banyak Dewa (politeisme). Menurut kepercayaan Mesir Kuno, para Dewa merupakan makhluk-makhluk yang lebih berkuasa daripada umat manusia dan mengatur aspek-aspek kehidupan umat manusia. Mereka memberkati manusia, melindungi manusia, menghukum manusia, dan mencabut ajal manusia. Dewa-Dewi dalam kepercayaan bangsa Mesir Kuno merupakan penguasa setiap bagian dan unsur alam. Para Dewa merupakan Tuhan tersendiri sesuai dengan kemahakuasaan yang dimilikinya. Para Dewa yang menentukan nasib setiap orang.

Singa betina perwujudan beberapa dewa (wikipedia.org) Singa betina terkait dengan Sekhmet, Tefnut, Mut, dan Astarte. Sekhmet, dewi penyembuhan dan perang Mesir, memiliki kepala singa betina dan tubuh wanita, mencerminkan kekuatan sebagai simbol singa betina.

Tefnut juga digambarkan serupa dengan tubuh wanita dan kepala singa betina, sebagai dewi kelembapan dan hujan. Meskipun Mut biasanya digambarkan sebagai wanita manusia, kadang-kadang ia memiliki kepala singa betina, terutama dalam hubungannya dengan dewa-dewa Mesir lainnya seperti Sekhmet dan Bastet. Mut juga dikenal sebagai dewi langit dan ibu, karena melahirkan segala sesuatu bersama Amun-Ra. Terakhir, Astarte, dewi cinta dan perang, sering dikaitkan dengan singa, lebah, dan merpati.  4o

Siapa di sini yang suka dengan mitologi Mesir Kuno? Dengan munculnya seri Moon Knight (2022), mitologi Mesir Kuno makin naik daun. Salah satu yang disebutkan dalamnya adalah Ennead yang menyegel Khonsu dalam bentuk patung.

Bukan satu, Ennead adalah kelompok sembilan dewa dan dewi utama dalam mitologi Mesir Kuno yang dipuja di Heliopolis, kota besar Mesir saat itu. Siapa saja dewa dan dewi yang masuk ke dalam jajaran Ennead? Inilah daftar lengkapnya!

Dari lautan kosmik yang disebut Nu, lahirlah Atum yang disebut juga Atem. Dari muncratan air liur di mulutnya (atau dalam beberapa teks sejarah, air mani dari hasil masturbasi), Atum melahirkan Shu dan Tefnut. Sebagai lambang penciptaan dan kematian, Atum kerap digambarkan dalam rupa ular.

Konon, Shu dan Tefnut penasaran dengan lautan kosmik asal Atum. Mereka mencoba menjelajahinya lalu menghilang. Dengan Mata Ra, Atum kemudian mencari mereka. Air mata yang menetes saat Atum mencari kedua anaknya tersebut berubah jadi manusia-manusia pertama di Bumi.

Dalam kepercayaan Mesir Kuno, Atum dipercaya mengantarkan arwah para Firaun dari makamnya ke langit. Selain itu, Atum juga disetarakan dengan Ra. Bedanya, jika Ra umum diasosiasikan dengan matahari pagi, Atum lebih dikaitkan dengan matahari di waktu petang.

Atum amat dipuja di Heliopolis. Salah satu bukti dari pemujaan tersebut adalah obelisk Kuil Re-Atum di Al-Masalla, Kairo, yang didirikan oleh Firaun Senusret I pada zaman Dinasti Ke-12 (1991SM–1802SM).

Putra dari Atum, Shu adalah dewa angin dan perdamaian Mesir Kuno. Dewa ini sering digambarkan mengenakan bulu burung unta, simbol dari keringanan dan kehampaan, serta ankh sebagai lambang kehidupan. Konon, Shu bersemayam di atmosfer antara langit dan bumi.

Faktanya, Shu adalah suami sekaligus saudara dari Tefnut. Sebagai pasutri pertama di mitologi Mesir Kuno, Shu adalah ayah dari Nut (langit) dan Geb (Bumi). Karena memisahkan Nut dan Geb, dalam mitologi Yunani, Shu kerap disandingkan dengan Atlas, Titan yang dihukum untuk menopang Bumi.

Putri Atum dan saudari sekaligus istri Shu, Tefnut adalah ibu dari Nut dan Geb. Selain di Heliopolis, Tefnut juga menikmati pemujaan di daerah lain, seperti di Karnak dan Leontopolis. Dewi ini sering digambarkan memiliki kepala singa betina dan digambarkan sebagai dewi pemarah. Mengapa begitu?

Satu hari, Tefnut mengamuk karena merasa pemujaannya lebih rendah. Oleh karena itu, Tefnut hengkang ke Nubia dan mengambil rupa singa yang bisa membunuh dewa dan manusia. Melihat hal tersebut, Dewa Pengetahuan Thoth membujuk Tefnut hingga amarahnya mereda.

Sebagai perlambangan Bumi, Geb adalah putra dari Shu dan Tefnut. Dalam proses penciptaannya, Geb sebenarnya sudah bersatu dengan saudari sekaligus istrinya, Nut yang adalah perlambangan udara. Takut terjadi kekacauan, maka Shu memisahkan Geb dari Nut.

Dari perpisahan tersebut, lahirlah Osiris, Isis, Set, dan Nephthys. Marah atas tindakan sang ayah, Geb lalu menentang kepemimpinan Shu dan merebut Tefnut dari Shu dan menjadikannya sebagai permaisuri sebagai aksi balas dendam.

Geb sering dikatakan sebagai leluhur dari ular di Bumi. Selain itu, dewa ini juga akrab dengan konsep kesuburan lahan, kesembuhan, Bumi, orang mati, hingga kedaulatan para Firaun. Konon, orang Mesir Kuno percaya bahwa tawa Geb adalah penyebab utama gempa bumi.

Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan Sungai Nil yang Keramat bagi Orang Mesir Kuno

Saudari dan istri dari Geb, Nut adalah dewi langit, astronomi, dan alam semesta. Setelah dipisahkan dari Geb, Nut melahirkan Isis, Osiris, Set, dan Nephthys. Dewi ini sering digambarkan sebagai seekor sapi, atau perempuan yang melingkupi Bumi dengan sebuah pot (lambang rahim) di kepalanya.

Nut ikut berperan dalam membangkitkan putranya, Osiris, yang dibunuh oleh Set. Oleh karena itu, Nut juga digambarkan sebagai dewi yang melindungi orang mati layaknya ibu yang melindungi anaknya. Kitab-kitab astronomi yang berasal dari Mesir Kuno juga dikompilasi sebagai "Kitab Nut".

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Sering dianggap sebagai putra sulung Geb dan Nut, Osiris adalah dewa kesuburan dan pertanian yang dipuja hampir di seluruh Mesir Kuno. Dewa Osiris digambarkan sebagai sosok manusia berkulit hijau dan berjanggut bak para Firaun, serta memegang tongkat kait gembala (tanda kedaulatan) dan tongkat perontok (tanda kesuburan lahan).

Mitos Mitologi Yunani sering menceritakan kisah tragis bahwa Osiris dibunuh dan dimutilasi oleh saudaranya sendiri, Set. Potongan tubuh Osiris kemudian dicerai-beraikan oleh Set ke seluruh Mesir Kuno. Dengan susah payah, para dewa dan dewi Mesir Kuno membantu mencari tubuh Osiris.

Setelah disatukan oleh Isis, Osiris kemudian kembali hidup untuk waktu singkat dan bersetubuh dengan Isis untuk melahirkan Horus. Cara Isis membungkus tubuh Osiris diibaratkan sebagai mumi Mesir Kuno pertama.

Setelah kemenangan Horus atas Set dan ia menjadi raja atas Mesir Kuno, Horus menyelesaikan ritus Osiris sehingga ia bisa berpindah ke alam baka. Oleh karena itu, status Osiris pun ikut berubah sebagai raja dunia orang mati dan dewa kebangkitan.

Saudari dan istri dewa Osiris, Isis adalah salah satu dewi yang terkenal di mitologi Mesir Kuno dan dianggap sebagai "Ibu" semua Firaun Mesir. Isis juga terkenal sebagai dewi yang bertanggung jawab mengantarkan arwah ke alam baka. Bahkan, popularitas Isis begitu tinggi hingga ia dianggap dewi yang menguasai alam semesta.

Setelah mengetahui suaminya dibunuh oleh Set, Isis dibantu oleh dewi dan dewa Mesir Kuno lainnya untuk mencari tubuh suaminya. Setelah ditemukan, Isis membungkus tubuh Osiris layaknya mumi dan membangkitkannya untuk sementara. Isis lalu mengandung seorang putra yang kelak adalah Horus.

Dalam kisah sepak terjang Horus hingga jadi raja sejati Mesir Kuno, Isis adalah salah satu yang berperan paling banyak. Selain melindungi dan menyembuhkan Horus, tidak jarang sang ibu terlibat pertempuran dengan Set. Faktanya, kepopuleran Isis di Mesir Kuno bahkan menyebar hingga ke Yunani dan Romawi Kuno.

Set adalah salah satu keturunan Nut dan Geb yang digambarkan sebagai dewa berkepala hewan serta bertubuh manusia. Hewan apa yang dimaksud? Ini masih jadi perdebatan karena kepala Set ibarat campuran dari berbagai kepala hewan. Set pernah dipuja di beberapa daerah Mesir seperti Naqada, Kom Omdo, hingga Faiyum.

Set umumnya dikaitkan dengan padang gurun, badai, dan kekerasan. Meski begitu, Set juga memiliki sisi positif karena ia digambarkan bersanding dengan Ra melawan ular raksasa Apophis yang muncul tiap malam. Set digambarkan sebagai saudara sekaligus suami Nephthys, dan ayah dari dewa kematian Anubis.

Mitologi Mesir Kuno mencatat bahwa Set adalah saudara sekaligus pembunuh Osiris yang juga memutilasi serta menyebarkan tubuhnya. Konflik antar Set dan Horus menjadi kisah umum di mitologi Mesir Kuno. Puncak dari konflik ini adalah saat Set mencuri mata Horus, sementara Horus merusak salah satu buah zakar Set.